Rabu, Disember 25, 2013

Taubatnya Ibrahim Bin Adham

Hal-ikhwal taubatnya Ibrahim bin Adham yakni ketika suatu hari ketika ia keluar rumah untuk berburu. Di tengah perjalanan ia berhenti untuk beristirahat. Lalu dibuka bekal bawaannya untuk dimakan

Hal-ikhwal taubatnya Ibrahim bin Adham yakni ketika suatu hari ketika ia keluar rumah untuk berburu. Di tengah perjalanan ia berhenti untuk beristirahat. Lalu dibuka bekal bawaannya untuk dimakan. Tiba-tiba datang seekor burung gagak mengambil roti perbekalan itu dan membawanya terbang. Ibrahim bin Adham heran melihat kejadian aneh itu. Segera ia kembali ke punggung kuda dan memacunya ke arah terbang si burung gagak tadi. Burung gagak itu hinggap di atas bukit.
Setelah dicari-cari, burung gagak itu berhasil dilihatnya dari kejauhan. Segera ia pergi mendekat. Namun, ketika jarak semakin dekat, burung gagak itu terbang lagi menuju ke suatu tempat. Di tempat itu Ibrahim bin Adham mendapati seorang lelaki tengah terbaring, tubuhnya terikat. Ia lalu bergegas turun dari unggung kudanya untuk melepaskan ikatan dari tubuh lelaki yang tak dikenalnya itu. Setelah itu ditanyakannya kepada lelaki itu, perihal apa yang membuat dirinya dalam keadaan terikat. 

Lelaki itupun menuturkan kisahnya, "Sesungguhnya aku seorang pedagang. Suatu ketika segerombolan perampok menghadangku. Mereka menghajarku, lalu mengikatku dan membuangku di tempat ini. Setelah itu mereka mengambil barang-barang daganganku.Sudah tujuh hari aku terikat di tempat ini. Setiap hari burung gagak datang kepadaku membawakan sepotong roti. Ia hinggap di dadaku dan memecah roti itu menjadi beberapa bagian. Potongan-potongan roti itu dimasukkan ke mulutku satu per satu. Selama tujuh hari Allah tidak membiarkanku kelaparan." 

Mendengar jawaban tersebut, Ibrahim bin Adham segera menaikkan lelaki itu ke punggung kudanya. Ia memacu kudanya dan mengantarkan lelaki itu pulang. 

Setelah peristiwa itu, Ibrahim bin Adham bertaubat, menyerahkan diri sepenuhnya (tawakal) kepada Allah. Ia menanggalkan pakaian-pakaian mewahnya dan ganti mengenakan pakaian Shujf (kain wol kasar). Dimerdekakannya seluruh budak yang ia miliki. Diwakafkannya pula rumah, pekarangan, serta kekayaan apa saja yang dimilikinya. Selanjutnya ia mengambil sebatang tongkat usang dan berjalan menuju Mekkah tanpa bekal maupun kendaraan. Ia tak perlu lagi susah dengan bekal. Sebab ia lebih memilih tawakal kepada Allah dalam menempuh perjalanannya. 

Selama perjalanan hingga tiba di Mekkah, Ibrahim bin Adham tidak pernah merasa lapar sedikit pun. Ia sangat bersyukur dan memuji Allah

Tiada ulasan: