Sabtu, Oktober 18, 2008

HUKUM UCAPAN SELAMAT KPD PENGANUT AGAMA LAIN

Assalamualaikum
Kepada rakan-rakan yang dihormati, ada satu persoalan yang timbul kepada rakan-rakan YB kita yang berhadapan dengan perayaan agama lain. Adakah Islam melarang diucapkan selamat kepada mereka seumpama "selama Hari Krismas atau Selamat Hari Deepavali ?
Persoalan ini terjawab dengan beberapa pandangan ulama', saya petik melalui satu soalan yang dikemuakan dalam alahkam.com.
Ucapan selamat natal oleh banyak kalangan memang diharamkan, bahkan sampai ada yang mengirim SMS kepada kami dengan kalimat pembuka: INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN: saya dengar dari Elshintasi fulantelah mengucapkan ucapan selamat natal...
Menurut pengirim SMS itu, ucapan selamat natal itu kontra produktif dengan fatwa MUI tahun 1984.
Sikap kami sendiri tentu juga tidak mengucapkan selamat natal kepada para pemeluk agama kristiani. Selain ada fatwa yang mengharamkannya, juga mengucapkannya saat ini jadi akan salah waktu. Sebab Nabi Isa 'alaihissalam tidak lahir pada tanggal 25 Desember, beliau lahir di musim panas saat kurma berbuah, sebagaimana isyarat di dalam ayat Al-Quran saat Ibunda Maryam melahirkannya di bawah pohon kurma. Saat itu Allah SWT berfirma kepadanya:
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu (QS. Maryam: 25)
Jelas sekali Nabi Isa lahir di saat buah kurma masak, dan itu tidak terjadi di musim salju. Kecuali kalau mau dipaksakan sebuah kebohongan baru lagi. Misalnya dikatakan bahwa Nabi Isa 'alaihissalam merupakan penduduk Australia yang berada di Selatan Katulistiwa, di mana tanggal 25 Desember seperti sekarang ini di sana justru sedang musim panas. Tapi itupun salah, sebab di Australia tidak ada pohon kurma, yang ada mungkin pohon kaktus.
Atau bisa saja lahirnya nabi Isa tetap pada tanggal 25 Desember, tetapi syaratnya kejadiannya harus di Indonesia, karena pada tanggal seperti itu di Indonesia tidak ada musim panas atau musim dingin. Di Indonesia ada musim duren. Tapi yang disebutkan di dalam Al-Quran adalah buah kurma, bukan buah duren. Lagian, masak Maryam sehabis melahirkan malah makan duren? Aya aya wae.
Perbedaan Pendapat Ucapan Selamat Natal
Tentang hukum ucapan selamat natal itu, memang kalau kita mau telusuri lebih jauh, kita akan bertemu dengan beragam pendapat. Ada ulama yang mengharamkannya secara mutlak. Tapi ada juga yang membolehkannya dengan beberapa hujjah. Dan juga ada pendapat yang agak di pertengahan serta memilah masalah secara rinci.
Tentu bukan berniat untuk memperkeruh keadaan kalau kami sampaikan apa yang beredar di tengah umat tentang hal ini. Sebaliknya, kajian ini justru untuk memperluas wawasan kita dalam menuntut ilmu, wabil khusus tentang urusan yang agak khusus ini.
1. Pendapat Haramnya Ucapan Selamat Natal Bagi Muslim
Haramnya umat Islam mengucapkan Selamat Natal itu terutama dimotori oleh fatwa para ulama di Saudi Arabia, yaitu fatwa Al-'Allamah Syeikh Al-Utsaimin. Beliau dalam fatwanya menukil pendapat Imam Ibnul Qayyim
1. 1. Fatwa Syeikh Al-'Utsaimin
Sebagaimana terdapat dalam kitab Majma’ Fatawa Fadlilah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, (Jilid.III, h.44-46, No.403), disebutkan bahwa:
Memberi selamat kepada mereka hukumnya haram, sama saja apakah terhadap mereka (orang-orang kafir) yang terlibat bisnis dengan seseorang (muslim) atau tidak. Jadi jika mereka memberi selamat kepada kita dengan ucapan selamat hari raya mereka, kita dilarang menjawabnya, karena itu bukan hari raya kita, dan hari raya mereka tidaklah diridhai Allah.
Hal itu merupakan salah satu yang diada-adakan (bid’ah) di dalam agama mereka, atau hal itu ada syari’atnya tapi telah dihapuskan oleh agama Islam yang Nabi Muhammad SAW telah diutus dengannya untuk semua makhluk.
1. 2. Fatwa Ibnul Qayyim
Dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah beliau berkata, “Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama. Alasannya karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan.
1. 3. Fatwa MUI?
Sedangkan terkait dengan fatwa MUI (Majlis Ulama Indonesia) tentang haramnya mengucapkan selamat natal, ketika mencari dokumennya ternyata kami kesulitan mendapatkannya. Konon kabarnya fatwa itu dikeluarkan pada tahun 1984, seperti yang ada dalam SMS yang kami terima.
Tetapi setelah dibrowse di situs MUI (www.mui.or.id) maupun di buku Kumpulan Fatwa MUI yang kami miliki, fatwa haram itu tidak kami temukan. Yang kami temukan hanyalah fatwa tentang haramnya melakukan natal bersama.
Sebaliknya, kami malah mendapatkanberita yang agak kontradiktif dengan apa yang dianggap sebagaisikap MuI selama ini. Sekretaris Jenderal MUI, Dr. Dien Syamsudin MA, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu memang pernah menyatakan bahwa MUI tidak melarang ucapan selamat Natal, tapi melarang orang Islam ikut sakramen (ritual) Natal.
"Kalau hanya memberi ucapan selamat tidak dilarang, tapi kalau ikut dalam ibadah memang dilarang, baik orang Islam ikut dalam ritual Natal atau orang Kristen ikut dalam ibadah orang Islam, " katanya.
Bahkan pernah di hadapan ratusan umat Kristiani dalam seminar Wawasan Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya, beliau menyampaikan, "Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani."
Jadi mohon kepada MUI atau barangkali ada pembaca Eramuslim yang punya salinan fatwa tersebut, tentu kami akan sangat berterima kasih bila berkenan mengirimkannya kepada kami.
2. Pendapat Yang Tidak Mengharamkan
Selain pendapat yang tegas mengharamkan di atas, kita juga menemukan fatwa sebagian dari ulama yang cenderung tidak mengharamkan ucapan tahni'ah kepada umat nasrani.
Yang menarik, ternyata yang bersikap seperti ini bukan hanya dari kalangan liberalis atau sekuleris, melainkan dari tokoh sekaliber Dr. Yusuf Al-Qaradawi. Tentunya sikap beliau itu bukan berarti harus selalu kita ikuti.
2. 1. Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi
Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan bahwa merayakan hari raya agama adalah hak masing-masing agama. Selama tidak merugikan agama lain. Dan termasuk hak tiap agama untuk memberikan tahni'ah saat perayaan agama lainnya.
Maka kami sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang kami untuk untuk memberikan tahni'ah kepada non muslim warga negara kami atau tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk ke dalam kategori al-birr (perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT:
لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم وتقسطوا إليهم إن الله يحب المقسطين
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Kebolehan memberikan tahni'ah ini terutama bila pemeluk agama lain itu juga telah memberikan tahni'ah kepada kami dalam perayaan hari raya kami.
وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS. An-Nisa': 86)
Namun Syeikh Yusuf Al-Qaradawi secara tegas mengatakan bahwa tidak halal bagi seorang muslim untuk ikut dalam ritual dan perayaan agama yang khusus milik agama lain.
2.2. Fatwa Dr. Mustafa Ahmad Zarqa'
Di dalam bank fatwa situs http://www.islamonline.net/ Dr. Mustafa Ahmad Zarqa', menyatakan bahwa tidak ada dalil yang secara tegas melarang seorang muslim mengucapkan tahniah kepada orang kafir.
Beliau mengutip hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Penghormatan dengan berdiri ini tidak ada kaitannya dengan pengakuan atas kebenaran agama yang diajut jenazah tersebut.
Sehingga menurut beliau, ucapan tahni'ah kepada saudara-saudara pemeluk kristiani yang sedang merayakan hari besar mereka, tidak terkait dengan pengakuan atas kebenaran keyakinan mereka, melainkan hanya bagian dari mujamalah (basa-basi) dan muhasanah seorang muslim kepada teman dan koleganya yang kebetulan berbeda agama.
Dan beliau juga memfatwakan bahwa karena ucapan tahni'ah ini dibolehkan, maka pekerjaan yang terkait dengan hal itu seperti membuat kartu ucapan selamat natal pun hukumnya ikut dengan hukum ucapan natalnya.
Namun beliau menyatakan bahwa ucapan tahni'ah ini harus dibedakan dengan ikut merayakan hari besar secara langsung, seperti dengan menghadiri perayaan-perayaan natal yang digelar di berbagai tempat. Menghadiri perayatan natal dan upacara agama lain hukumnya haram dan termasuk perbuatan mungkar.
2.3 Majelis Fatwa dan Riset Eropa
Majelis Fatwa dan Riset Eropajuga berpendapat yang sama dengan fatwa Dr. Ahmad Zarqa' dalam hal kebolehan mengucapkan tahni'ah, karena tidak adanya dalil langsung yang mengharamkannya.
3. Pendapat Pertengahan
Di luar dari perbedaan pendapat dari dua 'kubu' di atas, kita juga menemukan fatwa yang agak dipertengahan, tidak mengharamkan secara mutlak tapi juga tidak membolehkan secara mutlak juga. Sehingga yang dilakukan adalah memilah-milah antara ucapa yang benar-benar haram dan ucapan yang masih bisa ditolelir.
Salah satunya adalah fatwa Dr. Abdussattar Fathullah Said, beliau adalah profesor di bidang Ilmu Tafsir dan Ulumul-Quran di Universitas Al-Azhar Mesir. Dalam masalah tahni'ah ini beliau agak berhati-hati dan memilahnya menjadi dua. Ada tahni'ah yang halal dan ada yang haram.
3.1. Tahni'ah yang halal adalah tahni'ah kepada orang kafir tanpa kandungan hal-hal yang bertentangan dengan syariah. Hukumnya halal menurut beliau. Bahkan termasuk ke dalam bab husnul akhlaq yang diperintahkan kepada umat Islam.
Contohnya ucapan, "Semoga tuhan memberi petunjuk dan hidayah-Nya kepada Anda di hari ini." Beliau cenderung membolehkan ucapan seperti ini.
3.2. Tahni'ah yang haram adalah tahni'ah kepada orang kafir yang mengandung unsur bertentangan dengan masalah diniyah, hukumnya haram. Misalnya ucapan tahniah itu berbunyi, "Semoga Tuhan memberkati diri anda sekeluarga."
Beliau membolehkan memberi hadiah kepada non muslim, asalkan hadiah yang halal, bukan khamar, gambar maksiat atau apapun yang diharamkan Allah.
Kesimpulan:
Sebagai awam, ketika melihat para ulama berbeda pandangan, tentu kita harus arif dan bijaksana. Kita tetap wajib menghormati perbedaan pendapat itu, baik kepada pihak yang fatwanya sesuai dengan pendapat kita, atau pun kepada yang berbeda dengan selera kita.
Karena para ulama tidak berbeda pendapat kecuali karena memang tidak didapat dalil yang bersifat sharih dan qath'i. Seandainya ada ayat atau hadits shahih yang secara tegas menyebutkan: 'Alaikum bi tahni'atinnashara wal kuffar', tentu semua ulama akan sepakat.
Namun selama semua itu merupakan ijtihad dan penafsiran dari nash yang bersifat mujmal, maka seandainya benar ijtihad itu, mujtahidnya akan mendapat 2 pahala. Dan seandainya salah, maka hanya dapat 1 pahala.
Semoga kita tidak terjebak dengan suasana su'udzdzhan, semangat saling menyalahkan dengan sesama umat Islam dan membuat kemesraan yang sudah terbentuk menjadi sirna. Amin ya rabbal 'alamin

Khamis, Oktober 09, 2008

PERJUANGAN MESTI DITERUSKAN

Assalamualaikum
salam buat semua rakan-rakan seperjuangan...teruskan perjuangan walaupun apapun yang berlaku dihadapan kita. Sewaktu menjadi pelajar DSTGHH dari tahun 1978 hingga 1987, saya seringkali mendengar satu pepatah arab yang sering diulang-ulang oleh DSTGHH, katanya "biarkan anjing menyalak dikiri kanan jalan, namun kafilah terus berjalan". Ini pepatah yang amat sesuai dengan keadaan sekarang ini.
Kita perlu menyedari bahawa pendidikan/pentarbiahan dari asas adalah suatu usaha yang amat penting dalam menjamin seseorang da'e itu terus berada di atas trek perjuangannya. Sejak dari dulu lagi jemaah kita berhadapan dengan orang melompat keluar dari saf perjuangan. Bermula dari Presidennya, Naibnya lebih-lebih lagi mereka yang memegang jawatan pertengahan, juga ada yang melompat dengan tujuan meninggalkan perjuangan Islam yang mulia ini. Kekuatan jemaah juga kadang-kadang goyah juga, tetapi dapat diperkemaskan serta diperkukuhkan kembali. Kekuatan akar umbinya juga salah satu faktor terbesar kelangsungan jemaah di tengah arus gelombang yang tidak diketahui arah puncanya. Kita sering diperdengarkan dengan satu ayat dari surah As Soff ayat 4, Firman ALLAH TA'ALA
إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بنيان مصوص
"Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang berjuang pada jalannya dalam satu soff seumpama mereka suatu binaan yang tersusun kukuh dan rapi"
Kenapakah ALlah menyintai/menyukai orang-orang yang berjuang dalam satu soff, kerana ia menjamin kesatuan dan kejituan saf perjuangan serta menguatkannya. Bagi menjamin kejituan jemaah dan kesepaduan kata ahlinya maka kita juga seringkali mendengar para pimpinan ulama kita membaca satu hadis nabi yang memaparkan hadis yang diambil dari Huzaifah Ibnul Yaman, sabda nabi sollahu 'alaihi wasalam :
تلزم جماعة المسلمين وإمامهم
"dan berilah komitmentmu kepada jemaah Islam dan seluruh kepimpinannya"
Seluruh perjalanan jemaah akan menjadi selari serta amat minima masalah dalamannya selagi setiap ahli menerima dan memberikan kataatan kepada setiap arahan pucuk pimpinan yang lebih dikenali dengan Majlis Syura. Malah sistem syura yang diguna pakai dalam jemaah merupakan satu kekuatan yang tidak boleh disangkal, di samping itu ianya mengandungi keberkatan dan bersifat sama-sama menanggung baik buruknya. Firman Allah :
وشاورهم في الأمر فإذا عَزَمْتَ فتوكل على الله
"dan berbincanglah dalam urusan kamu, seandainya kamu telah membuat keputusan maka bertawakkallah/berserahlah kepada ALLAH (dengan melaksanakannya)"
Semua yang saya utarakan di atas sebenarnya adalah jambangan pengisian yang telah lama dilalui oleh para pendukung perjuangan Islam. Cuma saya ulanginya kembali agar setiap individu yang pernah melalui tahap-tahap pentarbiahan menyedari bahawa mereka perlu mengikuti dan mematuhi setiap taujihat yang diberikan kerana disebalik taujihat itu mengandungi suatu konsep kesepaduan dan kesamaan fikrah yang amat sukar dihasilkan dalam sejarah perjuangan Islam oleh pejuang-pejuang yang lampau.
Setakat ini hanya Rasulullah Sollahu 'alaihi wasallam sahaja yang mampu untuk menyatukan semua segi dalam saf perjuangan zaman baginda. Ia merangkumi kesatuan pemikiran, kesatuan tindakan, kesatuan kecenderungan dan sebaginya.
Menerusi kemelut yang sedang kita tenggelam didalamnya sekarang amat memerlukan ketaatan serta juga kepatuhan setiap ahli.
Pendukung jemaah perlu ingat, apabila kita telah dikira matang dalam perjuangan, ini bermakna kita boleh berjalan seorang diri tanpa rasa hormat kepada orang lama dalam perjuangan yang banyak mendidik, yang banyak menghabiskam wang dan masa untuk mendidiknya. Suara-suara kasar dan kurang adab kedengaran demi mempertahankan pandangan asing yang tidak pernah diisi dalam pengisian-pengisian peringkat pentarbiahan dulu. Agaknya individu ini merasai ia sudah boleh berdiri sendiri dan tidak perlu lagi bimbingan orang lain, dia boleh memilih jalannya sendiri, tanpa mengira kesan-kesan yang akan dihasilakan dalam masa beberapa tahun ke depan.
Rasanya, penghormatan kepada pimpinan adalah salah satu rukun kejituan jemaah, serta kesepaduan jemaah. Pernah diceritakan bahawa seorang sahabat nabi bernama Hubab bin Munzir Pernah bertanya baginda dalam peperangan Badar, katanya "Wahai Rasulullah, adakah tempat tuan hamba berkhemah ini merupakan perkhabaran dari langit (wahyu)? Rasulullah menjawab "BUkan, bahkan ianya adalah salah satu tektik dan strategi peperangan", lalu Hubab mencelah lagi "Kalau begitu bagi pandangan saya, tempat berkhemah paling sesuai ialah dihadapan mata air yang pertama'.
Kisah ini ialah mengenai tempat berkhemah tentera, terdapat dua mata air di hadapan yang boleh dimanafaatkan oleh musuh, jadi kalau berkhemah di hadapan mata air ini, maka seluruh mata air dapat dikawal oleh tentera Islam, pihak musuh tidak akan mengambil manafaatnya dan mereka akan kehausan kerana ketiadaan air.
Pandangan yang amat lunak dibentangkan kepada baginda ini perlu dicontohi oleh pejuang Islam zaman moden ini. Penghormatan para sahabat adalah antara senjata terhebat yang dimiliki oleh baginda Sollahu 'alaihi wasallam, dan ia merupakan sesuatu yang besar dalam saf perjuangan, kerana ia adalah punca kekuatan jemaah.
Mungkin article ini berfungsi untuk memotong arus kecelaruan pemikiran yang sedang melanda sesetengah da'e sekarang ini, walaupun arus itu terlalu besar, namun arus sungai memang halus, tetapi mampu meredakan kelajuan gelombang laut yang menggunung.
Fikir-fikirkanlah. Wasallam.

Selasa, Oktober 07, 2008

Kisah Nabi Dengan 5 Peristiwa

Saya pernah terbaca satu kisah yang diceritakan oleh Laisth Samarqandi, bahawa terdapat seorang nabi dari nabi-nabi Allah bermimpi. Mimpi itu mengarahkannya melakukan perjalanan ke utara pada keesokkan hari. Sewaktu dalam perjalanan tersebut mimpi itu mengarahkan 5 arahan iaitu :
1. Bahawa apa yang kamu jumpai maka makanlah;
2. Apa yang kamu dapati sembunyikan;
3. Apa yang datang, terimalah;
4. Jangan hampa harapan;
5. Kalau kamu jumpa, larilah jauh-jauh.

Pada siangnya, berjalan NabiyuLLAH itu ke arah utara, perkara pertama yang ditemuinya ialah bukit. Arahan menyuruh dia makan, dia terus menuju ke arah bukit, maka dekat, makin mengecil bukit tersebut, hinggalah mengecil menjadi sebuku roti, bila dimakannya amat manis seperti madu.
Seterusnya, beliau berjalan lagi sehingga menemui satu mangkuk emas, arahanya supaya dia sembunyikan, maka digali tanah itu dan disembunyikan mangkut tersebut didalamnya, tetapi mangkuk itu timbul dengan sendiri, ditanamnya lagi, timbul lagi hinggalah kali ke tiga. Lalu dia berlaku tanpa menghiraukan, sedangkan mangkuk itu masih lagi timbul.
Disambungnya lagi perjalanannya, tiba-tiba datang seekor pipit meminta perlindungan daripada NabiyuLLAH itu, kerana Helang sedang mengejarnya. Dimasukkan pipit itu ke dalam bajunya untuk melindunginya.
Selepas itu datang Helang menemui NabiyuLLAH tersebut, katanya dia sedang mengejar pipit yang memang makanannya, kata Helang itu dia amat lapar. NabiyuLLAH itu lalu menghiriskan sedikit daging pehanya dan memberikannya kepada Helang tersebut, berlalulah Helang kekenyangan.
NabiyuLLAh meneruskan perjalanannya lagi, sehingga menemui bangkai binatang yang amat busuk, arahannya menyuruhnya lari selaju mungkin, maka berlarilah NabiyuLLAH hingga sampai kembali ke rumahnya.
Keesokkan malamnya, datang lagi mimpi menjelaskan ke lima2 peristiwa yang dihadapinya.
Bukit itu ialah kemarahan, jika ditahan kemarahan maka ia umpama roti yang manis, sabar adalah suatu yang manis.
Mangkuk emas diibaratkan dengan kebaikan, walau disembunyikan kebaikan ALLAH pastikan akan menzahirkannya.
Burung pipit adalah amanah Allah, walau sekecil mana amanah yang diberikan, seseorang itu mesti menunaikan amanahnya.
Daging busuk umpama ghibah dan namimah, fitnah dan hasutan, jauhkanlah diri dari perangai tercela ini.
Semoga mendapat manafaat dan pengintibaran.

Isnin, Oktober 06, 2008

KELAHIRAN MENUTUP TIRAI RAMADHAN

Assalamualaikum kepada rakan-rakan
Alhamdulillah pada 29 Ramadhan bersamaan 29 Sept 08, zaujah (isteri) saya telah selamat melahirkan anak ke 6 kami. Kali ni ALLAH kurniakan bayi lelaki, dan inilah juga anak lelaki ke 2 kami.
Memang kami mengharapkan anak lelaki. Tetapi berdasarkan petua dari Bidan Kampung yang pernah kami kunjungi di Terengganu, anak yang zaujah saya kandung ialah perempuan. Kami juga pernah ke Klinik di Kosas Ampang untuk scan. Memang kata doktor yang merawat zaujah saya juga mengatakan bayi perempuan. Tetapi semuanya perancangan ALLAH Ta'ala, bila lahir ALLAH kurniakan anak lelaki, sebagai satu hadiah hari raya untuk kami sekeluarga.
Semuanya adalah dalam ketentuan ALLAH, semuanya dalam ILMULLAH, ilmu manusia amat cetek dan tidak pasti, biarpun disokong oleh alatan yang kononnya canggih, dan biarpun disokong oleh pengalaman yang berpuluh tahun yang dimiliki bidan kampung, tetapi semua bentuk ilmu itu mempunyai unsur kelemahan yang menggambarkan betapa lemahnya manusia. Ini semua mesti disedari oleh manusia.
Anak kami ini dinamakan dengan nama Naufal Adib ada irasan anak lelaki saya yang pertama iaitu Nu'man Adib. Kami mengharapkan agar bayi lelaki ini akan menjadi pelapis perjuangan kami menyebarkan ilmu ALLAH.
Mendidik anak-anak memang bukan suatu tugasan yang senang, bukan satu tugasan yang boleh dibuat sekadar melepas batuk di tangga. Semua dipertanggungjawab ke atas setiap ibubapa. Allah akan mempersoalkan setiap perkara yang kita lakukan terhadap anak kita, samada kita sempurnakan pendidikannya ataupun kita lalai dari pendidikannya. Persoalan anak yang kita didik itu menjadi atau sebaliknya, ramai orang kata bukan urusan kita tetapi adalah urusan Allah, kita hanya berusaha.
Sekali imbas memang betul...tetapi bila didalami akan perkataan tadi, rasanya kita tidak mempunyai suatu 'penyelidikan' ataupun 'muhasabah' ke atas setiap program yang kita laksanakan terhadap anak-anak kita.
Rasanya sikap menganalisa setiap aktiviti yang kita laksanakan terhadap anak-anak kita perlu kita kaji kesesuaiannya. Mungkin ada anak kita yang tidak sesuai dengan pendekatan a, tetapi sesuai dengan pendekatan b. Pemilihan terhadap kaedah yang sesuai adalah berdasarkan pemerhatian terhadap keberkesanan kaedah tersebut terhadap anak kita.
Pandangan yang saya utarakan inipun berdasarkan pengalaman dengan anak-anak saya sendiri. Juga berdasarkan pengalaman dengan pelajar-pelajar yang pernah saya ajar di sekolah. Namun satu perkara yang mungkin kita perlu ingat dan mungkin juga rasa bersalah, apabila kita silap dalam pendidikan anak-anak, maka kesilapan itu akan menjadi darah daging anak-anak kita, dan kesilapan itulah yang membesarkan mereka.
Misalnya, semasa saya pindah ke Shah Alam dari Terengganu justeru kenkangan hidup yang meruncing. Anak 1 dan ke 2 selama ini bersekolah agama, tidak dapat diteruskan ketika di Shah Alam. Akibatnya saya masukkan ke sekolah biasa, apabila dah masuk ke sekolah biasa, tahu sajalah apa yang ada di situ. Keadaan sekolah ini mempengaruhi pendidikan anak2 saya, walaupun tidaklah ketara keberkesanannya, misalnya hafalan surah-surah tertentu tidak lagi diamalkan, sehingga hilang semua hafalan itu. Di sekolah agama dulu, banyak doa yang anak saya ingat, tetapi dah hilang apabila tidak dipraktikkan di sekolah baru, sedangkan di sekolah agama memang dipraktikkan dan diperlancarkan sentiasa. Subjek2 agama dah tak macam di sekolah agama dulu, kalau sekolah agama dulu ada fekah, tauhid, nahu, dan lain2, tetapi di sekolah baru semua berkumpul dalam satu subjek "Pendidikan Islam", ilmu koktail yang tidak menjamin keberkesanan kepada pelajar, hanya sekadar ingin melihat pelajar mendapat a dalam peperiksaan, bukan pengamalan yang jauh lebih penting dari ilmu itu sendiri.
Kata Imam Al Ghazali "Ilmu itu tiada manafaatnya jika tanpa amalan" (dalam buku Ayyuhal walad). Inilah bukti betapa pendidikan anak-anak yang diamanahkan ALlah kepada kita ibubapanya amat besar fungsinya kepada masa depan anak-anak kita.
Bagi saya, anak-anak saya yang diamanahkan kepada saya akan saya halakan mereka kepada perjuangan Islam, kerana itulah kehidupan saya sehingga ke hari ini. Memang itulah hasratnya, tetapi setakat mana yang saya dah berjaya menuju ke matlamat itu, masih lagi kabur dan kelabu, mudah-mudahan Allah menyenangkan urusan pendidikan anak-anak ini.
Semoga sama-sama mendapat manafaat dan pengajaran.
Ini bukti akan kesan yang lahir dari pendidikan anak-anak