Sabtu, Jun 25, 2016

Silaturrahim Itu Amat Penting

Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur panjang dan banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَشَعَرْتَ أَنِّي أَعْتَقْتُ وَلِيدَتِي قَالَ أَوَفَعَلْتِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ
“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih besar pahalanya”.
Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian orang yang tidak mau menyambung silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila kerabat itu mau menyambungnya. Jika demikian, maka sebenarnya yang dilakukan orang ini bukanlah silaturahmi, tetapi hanya sebagai balasan. Karena setiap orang yang berakal tentu berkeinginan untuk membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepadanya, meskipun dari orang jauh.

Dari Jubair bin Mut’im bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus, ( memutus tali silaturahmi)”. [Mutafaqun ‘alaihi].

Wahai orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Bertakwalah kepada Allah Azza wa Jalla. Dan marilah kita melihat diri kita masing-masing, sanak keluarga kita! Sudahkah kita menunaikan kewajiban atas mereka dengan menyambung tali silaturahmi? Sudahkah kita berlemah lembut terhadap mereka? Sudahkah kita tersenyum tatkala bertemu dengan mereka? Sudahkah kita mengunjungi mereka? Sudahkah kita mencintai, memuliakan, menghormati, saling menunjungi saat sehat, saling menjenguk ketika sakit? Sudahkah kita membantu memenuhi atau sekedar meringankan yang mereka butuhkan?

Ada sebagian orang tidak suka melihat kedua orang tuanya yang dulu pernah merawatnya kecuali dengan pandangan yang menghinakan. Dia memuliakan istrinya, tetapi melecehkan ibunya. Dia berusaha mendekati teman-temannya, akan tetapi menjahui bapaknya. Apabila duduk dengan kedua orang tuanya, maka seolah-olah ia sedang duduk di atas bara api. Dia berat apabila harus bersama kedua orang tuanya. Meski hanya sesaat bersama orang tua, tetapi ia merasa begitu lama. Dia bertutur kata dengan keduanya, kecuali dengan rasa berat dan malas. Sungguh jika perbuatannya demikian, berarti ia telah mengharamkan bagi dirinya kenikmatan berbakti kepada kedua orang tua dan balasannya yang terpuji.

Ada pula manusia yang tidak mau memandang dan menganggap sanak kerabatanya sebagai keluarga. Dia tidak mau bergaul dengan karib kerabat dengan sikap yang sepantasnya diberikan sebagai keluarga. Dia tidak mau bertegus sapa dan melakukan perbuatan yang bisa menjalin hubungan silaturahmi. Begitu pula, ia tidak mau menggunakan hartanya untuk hal itu. Sehingga ia dalam keadaan serba kecukupan, sedangkan sanak keluarganya dalam keadaan kekurangan. Dia tidak mau menyambung hubungan dengan mereka. Padahal, terkadang sanak keluarga itu termasuk orang-orang yang wajib ia nafkahi karena ketidakmampuannya dalam berusaha, sedangkan ia mampu untuk menafkahinya. Akan tetapi, tetap saja ia tidak mau menafkahinya.

Para ahlul-‘ilmi telah berkata, setiap orang yang mempunyai hubungan waris dengan orang lain, maka ia wajib untuk memberi nafkah kepada mereka apabila orang lain itu membutuhkan atau lemah dalam mencari penghasilan, sedangkan ia dalam keadaan mampu. Yaitu sebagaimana yang dilakukan seorang ayah untuk memberikan nafkah. Maka barang siapa yang bakhil maka ia berdosa dan akan dihisab pada hari Kiamat.

Oleh karena itu, tetap sambungkanlah tali silaturahmi. Berhati-hatilah dari memutuskannya. Masing-masing kita akan datang menghadap Allah dengan membawa pahala bagi orang yang menyambung tali silaturahmi. Atau ia menghadap dengan membawa dosa bagi orang yang memutus tali silaturahmi. Marilah kita memohon ampun kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


KEWAJIPAN MENJAGA HUBUNGAN RAHIM


    يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا-
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. QS. An-Nisa 1

Luas Rezeki & Panjang Umur
 عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ – ر البخاري
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya (kebaikannya) maka bersilaturahmilah. (HR. Al-Bukhari)

Masuk Syurga
 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ عَلَيْهِ فَكُنْتُ فِيمَنْ انْجَفَلَ فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ فَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ يَقُولُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ- ر احمد و الدرمى
Dari Abdillah bin Salam ra berkata : Ketika Nabi saw tiba di Madinah, orang berebut mendekat kepadanya, aku termasuk yang berebut. Tatkala nampak jelas kepadaku wajahnya, saya tahu bahwa wajahnya bukan wajah pendusta. Dan yang pertama saya dengar darinya, beliau bersabda : “ Sebarluaskan salam, bersedekahlah dengan makanan, bersilaturahmilah,  dan shalatlah di malam hari saat orang lain lelap tidur, kamu akan masuk surga dengan selamat.”  ( HR. Ahmad dan Ad-Darimi )

Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَ الرَّجُلُ فَقَالَ النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ : إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.

Menyambung Hubungan Yang Terputus

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi dengan kerabat-kerabat kita, meskipun mereka memutuskannya. Sungguh kita akan mendapatkan balasan yang baik atas mereka.

Seumpama Menyambung Hubungannya Dengan Allah

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ

“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa menyambung silaturahmi lebih besar pahalanya daripada memerdekakan seorang budak. Dalam Shahîh al-Bukhâri, dari Maimûnah Ummul-Mukminîn, dia berkata:

Berlaku Baik Walaupun Tidak Dipedulikan

Diriwayatkan, telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ فَقَالَ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat demikan.” [Muttafaq ‘alaihi].

Berkasih Sayang Kerana Iman
 عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ – ر ابو داود

Dari Umar Ibnu Khattab ra berkata, bersabda Nabi saw : “ Diantara hamba Allah ada sekelompok manusia yang bukan para nabi juga bukan para syuhada, malah para Nabi dan para syuhada tertarik dengan kedudukan mereka dari  Allah pada hari kiamat “ Mereka bertanya : “ Beritahukanlah kepada kami siapa mereka itu ? “  Beliau menjawab : “ Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dasarnya ruh Allah( agama ), bukan karena ada hubungan nasab di antara mereka, bukan pula terkait harta (bisnis) . Demi Allah  Sesungguhnya  wajah mereka bercahaya, dan sesungguhnya mereka ada dalam cahaya. Mereka tidak merasa takut di saat manusia dihantui rasa takut, dan tidak menyesal ketika manusia diselimuti penyesalan. Lalu Beliau membaca ayat “  Ketahuilah, bahwa wali-wali Allah tidak merasa takut dan juga mereka tidak menyesal. “  ( HR.Abu Dawud )

Bersalaman Suatu Cara Sambung Silaturrahim
 عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا – ر احمد و ابوداود و الترمذي
Dari Al-Barra  berkata, bersabda Rasulullah saw “ Tidak bertemu dua orang muslim lalu bersalaman, maka pasti diampuni dosa keduanya, sebelum keduanya berpisah.”( HR Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi ).
 قَالَتْ عَائِشَةُ وَاللَّهِ مَا أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى النِّسَاءِ قَطُّ إِلَّا بِمَا أَمَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَمَا مَسَّتْ كَفُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَّ امْرَأَةٍ قَطُّ وَكَانَ يَقُولُ لَهُنَّ إِذَا أَخَذَ عَلَيْهِنَّ قَدْ بَايَعْتُكُنَّ كَلَامًا – ر مسلم
Berkata Aisyah ra : “ Demi Allah Rasulullah saw tidak mengambil ( bai’at ) kepada wanita kecuali dengan apa yang diperintahkan Allah swt. Dan Tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali.  Dan Beliau bersabda kepada mereka jika mengambil ( baiat ) atas mereka , Aku telah membai’at kalian dengan perkataan. “  ( HR. Muslim ).
 لان يطعن فى رأس احدكم بمخيط من حديد خير له من ان يمس امرأة لا تحل له – ر الطبرني عن معقل ابن يسر
Kepala seseorang di antara kamu ditusuki dengan jarum dari besi, itu lebih baik baginya, dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. ( HR. At-Thabrani dari Ma’qil bin Yasar – Faidul Qadir  5: 329 )
Dibuka Pintu Syurga Hari Isnin & Khamis Untuk Penyambung Silaturrahim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا – ر مسلم
Dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Pintu-pintu surga dibukakan tiap Senin dan Kamis, Allah mengampuni dosa-dosa hamba selama tidak musyrik. Kecuali orang yang antara dia dengan saudaranya ada kebencian, maka ditangguhkan kedua orang ini (ampunannya) sampai keduanya damai, tangguhkanlah kedua orang ini (ampunannya ) sampai keduanya damai.( HR. Muslim ).
Berbisik-bisik Untuk Menyelesaikan Hal Silaturrahim
 لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.  ( QS. An-Nisa : 114 )


BALASAN DAN ANCAMAN BAGI YANG MEMUTUSKAN RAHIM
Mendapat Laknat Allah
Begitu pula firman Allah Ta’ala:

وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [ar-Ra’d/13:25].
Allah berfirman

هَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ  أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan  Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” Surah Muhammad 22-23
Tidak Masuk Syurga
 عن جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ َخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ – ر البخاري و مسلم
Dari Jubair bin Muth’im ra, Ia mendengar Nabi saw bersabda :” Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi “  (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Salah Satu Dari Dosa Besar
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ خَمْسٍ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ وَلَا قَاطِعُ رَحِمٍ وَلَا كَاهِنٌ وَلَا مَنَّانٌ  – راحمد
Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra berkata, bersabda Rasulullah saw : “ Tidak akan masuk surga pemilik lima hal :  Peminum arak tegar, Orang yang percaya sihir, Pemutus silaturahmi, dukun, dan yang suka mengungkit-ungkit kebaikan.”  ( HR. Ahmad )

Doa Tidak Dihiraukan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو اللَّهَ بِدُعَاءٍ إِلَّا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِمَّا أَنْ يُعَجَّلَ لَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِمَّا أَنْ يُدَّخَرَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يُكَفَّرَ عَنْهُ مِنْ ذُنُوبِهِ بِقَدْرِ مَا دَعَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ أَوْ يَسْتَعْجِلْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْجِلُ قَالَ يَقُولُ دَعَوْتُ رَبِّي فَمَا اسْتَجَابَ لِي – ر الترمذي
Dari Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw : Tak ada seorangpun berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a kecuali pasti diijabah, apakah dipenuhinya di dunia atau ditabung di khirat, atau diampuni dosa-dosa sesuai dengan permohonannya, selama ia tidak cenderung kepada dosa, atau memutus silaturahmi, atau terburu-buru. “Mereka bertanya : “ Ya Rasulullah, yang dimaksud terburu-buru itu bagaimana ? “ Beliau menjawab : “ Dia berkata  aku sudah berdo’a kepada Tuhanku tapi tidak dipenuhi juga. “  (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: 
[1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, 
[2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan 
[3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” 
Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata,” Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian”.” (HR. Ahmad)

Dipercepatkan Balasan Di Dunia

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ

“Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi)

Dosa Besar
Memutus tali silaturahmi yang paling besar, yaitu memutus hubungan dengan orang tua, kemudian dengan kerabat terdekat, dan kerabat terdekat selanjutnya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
”Maukah kalian aku beritahu tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa besar?” Beliau mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Maka para sahabat menjawab: ”Mau, ya Rasulullah,” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”.
Demikianlah, betapa besar dosa seseorang yang durhaka kepada orang tua. Dosa itu disebutkan setelah dosa syirik kepada Allah Ta’ala. Termasuk perbuatan durhaka kepada kedua orang tua, yaitu tidak mau berbuat baik kepada keduanya. Lebih parah lagi jika disertai dengan menyakiti dan memusuhi keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam shahîhain, dari ‘Abdullah bin ‘Amr, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَهَلْ يَشْتِمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ
”Termasuk perbuatan dosa besar, yaitu seseorang yang menghina orang tuanya,” maka para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah orang yang menghina kedua orang tuanya sendiri?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Ya, seseorang menghina bapak orang lain, lalu orang lain ini membalas menghina bapaknya. Dan seseorang menghina ibu orang lain, lalu orang lain ini membalas dengan menghina ibunya”.

ANAK YANG LANGGAR PERINTAH ALLAH BUKAN KELUARGA KITA

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَابُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ  ؛ قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ ؛ وَقِيلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا وَقِيلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ؛  وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِين  َ؛  قَالَ يَانُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِين ؛ هود : 42-46
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim.” Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” ( QS. Hud : 42-46 )

Jumaat, Jun 24, 2016

LAILATUL QODAR

1.    PENDAHULUAN
Malam Qodar adalah kurniaan Allah kepada umat terakhir iaitu umat Islam. Merupakan salah satu kelebihan dari kelebihan Umat terakhir. Justeru umur umat Islam tidak panjang sebagaimana umat-umat yang lain, maka Allah memberi gantian kepada kekurangan umur tersebut dengan diberi gandaan pahala terhadap ibadat yang dilakukan.

Bagi sesiapa yang ingin bertemu dengan malam ini, mestilah pasang niat serta buat lah solat hajat bermula dari awal lagi, agar Allah mengurniakannya Malam QOdar pada setiap kali datangnya bulan Ramadhan.

2.    KELEBIHAN UMAT ISLAM SEBAGAI UMAT AKHIR ZAMAN
2.1 Sebagai Umat Pilihan
Firman Allah Ta’ala :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Ali Imran)
2.2 Pahala Berlipat Ganda
إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
17. Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun (At Taghabun)
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

160 . Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) (Al An’am)
 ومن رحمته أن يضاعف أجر الأعمال الصالحة إِن تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ [التغابن:17] وأقل ما تضاعف به الحسنة عشرة أضعاف: مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا [الأنعام:160] أما السيئة فلا تجزى إلا مثلها وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا [الأنعام:160]. وهذا مقتضى عدله تبارك وتعالى. ومن الأعمال التي أخبر الرسول صلى الله عليه وسلم أنها تضاعف عشرة أضعاف قراءة القرآن عن ابن مسعود قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من قرأ حرفًا من كتاب الله فله به حسنة والحسنة بعشر أمثالها لا أقول الم حرف ولكن ألف حرف ولام حرف وميم حرف)

2.3 Syafa'at Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya Nabi yang dapat memberikan syafaat atau pertolongan untuk umatnya di akhir zaman nanti. Sedangkan umat terdahulu tidak mempunyai pembela sebagaimana umatnya Nabi Muhammad.

Keistimewaan itu merupakan kasih sayang Allah terhadap umatnya Nabi Muhammad SAW. Maka itu, perbanyaklah membaza dzikir dan salawat untuk Nabi Muhammad sebagai kecintaan kita terhadap beliau.
2.4 Penangguhan Siksaan di Dunia
Umat Nabi Muhammad SAW tidak akan disiksa oleh Allah hingga tiba hari akhirat kelak. Nabi Muhammad SAW telah memohon kepada Allah supaya memberikan peluang kepada umatnya agar bisa bertaubat kepada Allah terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Meski demikian, manusia adalah ciptaan Allah yang mempunyai potensi berbuat baik atau jahat, taat atau durhaka. Setiap orang pernah berbuat dosa, kecuali yang dijaga Allah darinya.
"Dan kalau sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan yang mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi ini satu makhluk melata pun, akan tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang telah ditentukan. Maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS. Faathir: 45)

2.5 Malam Lailatul Qodar
Umat Nabi Muhammad diberikah malam seribu bulan atau Malam Lailatul Qodar. Malam yang hanya ada pada bulan Ramadan. Karena, sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul tidak ada bulan Ramadan atau bulan Ummatku (umat Nabi Muhammad).

2.6 Disebut Dalam Kitab-kitab Terdahulu
Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, bahwa ketika Nabi Musa diberi kitab Taurat, maka di dalamnya ia menemukan kabar tentang umat ini.

Lalu Nabi Musa As bertanya kepada Allah: "Ya Tuhanku!. Aku menemukan dalam lembaran-lembaran Taurat berita tentang umat yang disebut sebagai umat yang paling akhir dan paling terdepan. Maka jadikanlah mereka sebagai umatku".
Allah menjawab: "Mereka adalah umat Muhammad".

Nabi Musa bersabda: "Aku menemukan dalam lembaran Taurat umat yang kitab sucinya berada di hati mereka, sementara mereka membacanya. Jadikan mereka umatku!".
Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad" : Nabi Musa bersabda: "Ya Allah!. Aku menemukan dalam lembaran Taurat, umat yang dihalalkan makan harta rampasan (fa'i). Jadikan mereka umatku!".Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad" :

Nabi Musa bersabda: Ya Allah! Aku menemukan dalam Taurat, umat yang menjadikan shadaqah dalam perut mereka, sementara mereka mendapatkan pahala. Jadikan mereka umatku!".Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku menemukan dalam Taurat, umat yang ketika salah satu mereka menginginkan satu kebaikan tetapi tidak melakukankan, maka akan diberi satu pahala. Jika dilakukan, maka akan dicatat dengan 10 kebaikan. Jadikan mereka umatku!". Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku menermukan dalam Taurat, umat yang ketika di antara mereka menginginkan keburukan, lalu tidak dilakukannya, maka tidak akan dicatat baginya sesuatupun. Dan jika ia melakukannya maka hanya dicatatan satu keburukan. Jadikan mereka umatku!"Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Aku menemukan dalam Taurat umat yang diberi ilmu yang pertama dan ilmu yang terakhir. Lalu mereka memerangi Dajjal. Jadikan mereka umatku!" Allah berfirman: "Mereka adalah umat Muhammad"

Nabi Musa bersabda: "Ya Allah! Jadikanlah aku sebagai umat Muhammad. Jika demikian, maka aku telah diberi dua perkara".

Allah berfirman: "Wahai Musa! Sesungguhnya Aku telah memilihmu di atas manusia dengan risalah dan kalamKu. Maka ambilah apa yang telah aku beri dan jadilah engkau dari golongan orang-orang yang bersyukur".

Nabi Musa bersabda: "Aku ridho Wahai Tuhanku!".

2.7 Dihalalkan Ghanimah

Ghanimah adalah hasil rampasan perang. Harta ini halal bagi umat Muhammad dengan segala ketentuan yang telah disyariatkan. Bagi umat terdahulu ghanimah tidak dihalalkan

2.8 Disucikannya Bumi
Bagi umat terdahulu, tidak semua bumi suci, sehingga mereka tidak melakukan ibadah kecuali di dalam tempat-tempat peribadatan mereka. Bagi umat Muhammad, seluruh bagian bumi suci dan sah untuk dijadikan tempat salat.
Debunya juga suci, sehingga sah untuk dijadikan alat untuk bertayammum.

Diriwayatkan dari Abu Umamah dalam kitab Shahih Al-Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Telah dijadikan bumi kesemuanya bagiku dan umatku sebagai masjid dan suci"

2.9 Disyariatkannya Wudlu

Al-Halimi menuturkan dalam hadits Al-Bukhari
"Sesungguhnya umatku akan dipanggil di akhirat nanti dengan panggilan Ghurrah muhajjalin, karena atsar wudlu".

عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ رَقِيتُ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ عَلَى ظَهْرِ الْمَسْجِدِ فَتَوَضَّأَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ 
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan, bahwa apa yang disampaikan Al-Halimi ini perlu dipertimbangkan. Karena dalam Al-Bukhari juga disebutkan kisah Sarah bersama malaikan yang memberinya Hajar, bahwa Sarah ketika Malaikat ingin mendekatinya, maka ia berdiri, berwudlu dan melakukan salat.

3.    MALAM QODAR (LAILATUL QODAR)
Surah Menyebut Tentang Malam Qodar
سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ { 1 } وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ { 2 } لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ { 3 } تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ { 4 } سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ { 5 } سورة القدر آية 1-5 .
·         Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al Quran) ini pada Malam Laitatul-Qadar.
·         Dan apajalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadaritu?"
·         Malam Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan
·         Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut
·         "Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar! 

3.2 Malam Diturunkan Al Quran
Malam tersebut adalah merupakan malam terpenting yang menjadikan bulan Ramadhan itu sangat berkat dan dipenuhi dengan rahmat Allah, Firman Allah Ta’ala
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِى اَنْزَلَ فِيْهِ الْقُرْاَنُ هُدًى للِّنَّاسِ وَبَيِنَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itual-Baqarah, 2: 185)

3.3 Sebab Turun Surah Al Qodar
Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa Rasulullah s.a.w. pernah menyebut tentang seorang dari Bani Israel yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan secara berterusan. Kaum Muslimin berasa kagum dengan perjuangan orang tersebut.

Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Qadr: 97: 1-3) yang menerangkan bahawa satu malam lailatul qadar itu lebih lebih baik daripada perjuangan Bani Israel selama 1000 bulan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al Wahidi dari Mujahid)

3.3.1 Kisah Bani Israel
Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa pada zaman Bani Israel terdapat seorang lelaki yang beribadat pada malam hari dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan ini dilakukan selama seribu bulan.

Maka Allah menurunkan ayat ini (Surah al Qadr: 97: 1-3) yang menjelaskan bahawa satu malam lailatulqadarliu adalah lebih baik daripada amalan 1000 bulan Bani Israel tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarirdari Mujahid)

Pemuda bani Israil bernama Syam`un Al-Ghazy – Lelaki yang beribadah 1000 bulan

Pada suatu saat malaikat Jibril AS datang menemui nabi Muhammad SAW, kemudian menuturkan cerita tentang seorang laki-laki. Nama orang itu adalah Syam`un Al Ghazy, dia telah memerangi orang-orang kafir selama seribu bulan, sedangkan senjata yang digunakannya hanyalah jenggot unta.

Dikisahkan setiap kali dia memukul orang kafir dengan janggut untanya tersebut, maka sudah dapat dipastikan orang yang bersangkutan akan langsung tewas. Entah sudah berapa banyak orang yang mati ditangan Syam`un yang memiliki senjata yang sangat aneh itu.

Khianat Isteri Syam’un
Menghadapi kekuatan Syam`un yang teramat sulit ditandingi, maka orang- orang kafir yang jumlahnya tak terhitung itu merasa kewalahan. Dan karena sudah kehabisan cara, akhirnya mereka berusaha memujuk isteri Syam`un yang juga termasuk orang kafir, agar mau diajak bersekongol untuk bersama-sama membunuhnya. Firman Allah Ta’ala :
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".

“Kami akan memberimu wang dan harta yang sangat banyak, agar engkau bersedia membunuh suamimu!” kata  salah seorang diantara kafir itu kepada isteri Syam`un.
“Saya tidak mampu membunuhnya,” jawab isteri Syam`un.
“Kami akan memberimu tali yang sangat kuat. Dengan tali itu, ikatlah kedua tangan dan kakinya sewaktu tidur. Setelah itu kamilah nanti yang akan membunuhnya,” kata orang kafir itu lagi.

Wanita kafir ini pun menyanggupinya, dan berhasil melakukan apa yang diperintahkan oleh orang- orang yang memusuhi suaminya.

Isteri Yang Khianat Melaksanakan Misi Jahatnya
Alkisah, ketika bangun tidur, tentu Syam`un merasa sangat terkejut mendapati kedua tangan serta kakinya sudah dalam keadaan terikat dengan tali yangi sangat kuat.

“Siapa gerangan orang-orang yang telah mengikat saya” tanya Syam’un sambil menatap isterjnya.

“Akulah yang telah mengikatmu, sekadar untuk mencoba kekuatanmu saja”, jawab isterinya. Rupanya sang isteri sengaja menjawab demikian dengan pertimbangan bila ternyata suaminya nanti mampu melepaskan- . diri dari ikatan itu, maka hal itu tak akan membahayakan dirinya. Kenyataannya Syam’un memang berhasil melepaskan diri.

Tak berhasil dengan cara itu, orang-orang kafir itu kemudian datang lagi sambil membawa rantai yang sangat kokoh. Isteri Syam’un lagi-lagi menyatakan kesediaannya untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh mereka dan berhasil. Lalu suaminya diikat dengan menggunakan rantai tersebut.

“Siapakah orang yang telah mengikat saya dengan rantai ini ? tanya Syam`un kepada isterinya, saat terbangun dari tidurnya.

“Saya yang melakukan itu,  sekadar untuk menguji kekuatanmu” ,jawab isterinya.. .
Maka Syam`un pun lalu menarik tangannya, dan seketika rantai yang membelenggu tangan serta kakinya langsung terputus.

Rahsia Kekebalan Syam’un Didedahkan Kepada Isterinya
“Hai isteriku, saya adalah seorang Wali Allah. Tak ada seorangpun yang akan sanggup merontokkan kekuatan saya, kecuali rambutku ini!” jelas Syam`un. Perlu diketahui, laki-laki yang dinugerahi karamah luar biasa oleh Allah SWT ini memang rnemiliki rambut yang sangat panjang. Disitulah rupanya letak kekuatannya (Kisah ini lah yang meng-inspirasikan kisah Samson)

Isteri Syam’un pun memastikan baik- baik apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Malam harinya dengan nekad dia kemudian memotong rambut Syam`un selagi Syam`un sedang tidur, dan mengikatnya. Alat atau tali yang digunakan untuk mengikat tak lain adalah rambutnya itu pula.
Ketika Syam`un terbangun dari tidurnya, lagi-lagi dia merasa terkejut karena tubuhnya telah dalam keadaan terikat.

“Siapakah yang telah mengikat tubuhku ini?” tanyanya kemudian. Dan isterinya pun memberi jawaban sama seperti yang sudah-sudah.

Syam`un menarik tali yang mengikat tubuhnya. Tetapi kali ini, meskipun sudah berusaha dengan sekuat tenaga, dia tetap tak bisa melepaskan tali pengikat yang terbuat dari rambut kepalanya sendiri itu.

Menyerahkan Syam’un Kepada Musuh
Menyaksikan usahanya telah berhasil, isteri Syam`un buru-buru menemui orang kafir dan menceritakan apa yang terjadi. Maka segeralah mereka menemui Syam`un  lalu membawanya ke tempat penjagalan manusia. Laki-laki ini diikat disebuah tiang yang ada disitu dan orang-orang kafir itu kemudian memotong- motong anggota tubuhnya. Dengan sadisnya mereka mencungkil matanya, memotong kedua tangan dan kakinya, telinganya, lidahnya, bibirnya ,dan lain-lain.

Allah Menyelamatkan WaliNya
Namun Allah SWT tak membiarkan seorang wali-Nya menderita seperti itu terlalu panjang. Dia lalu berfirman kepada Syam`un : “Apakah yang engkau kehendaki Syam`un?”

Syam`un pun menjawab, “Saya menghendaki agar Engkau memberi kekuatan kepada saya, sehingga nantinya mampu meruntuhkan tiang bangunan dan reruntuhannya menimpa mereka.”

“Allah SWT pun memberikan kekuatan luar biasa kepadanya. Lalu Syan`un menggerakkan tubuhnya, menyebabkan tiang bangunan menjadi patah berantakan, disusul ambruknya seluruh badan bangunan tersebut menimpa orang-orang kafir, mereka, termasuk isteri Syam`un semuanya langsung tewas.

Adapun Syam`un sendiri diselamatkan oleh Allah SWT, bahkan Dia juga mengembalikan semua anggota tubuhnya. Setelah itu Syam`un beribadah kepada Allah SWT siang malam selama seribu bulan…

Salah seorang diantara para sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengetahui?” (maksudnya pahala ibadah Syam`un).
Rasulullah SAW mengatakan bahwa Beliau tidak mengetahui, berapa banyak pahala yang dianugerahkan Allah kepada Syam`un tsb.

Oleh karena itu maka Allah SWT kemudian menurunkan surat Al-Qadar melalui malaikat Jibril AS. Pada surat ini Allah menjelaskan, bahwa ibadah yang dilakukan seseorang pada malam Qadar (salah satu malam dibulan Ramadhan), itu adalah lebih baik dari ibadah yang dilakukan selama seribu bulan. 

4.    BAGAIMANA MENCARI MALAM QODAR
Sebagaimana biasa antara sumber yang boleh kita perolehi tentang malam Qodar ini ialah dari al Quran, Al Hadith dan kisah-kisah para Sahabat, Tabi’in dan lain.

Sumber 1 : Al Quran - Surah al Qodar
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ { 1 } وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ { 2 } لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ { 3 } تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ { 4 } سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ { 5 } سورة القدر آية 1-5 .
Surah ini membekalkan maklumat kepada kiraan malam Qodar, pada pandangan setengah ulama bahawa malam Qodar itu jatuh pada setiap 27 malam.

4.1 Sumber 2 : Al Quran - Surah al Qodar
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW sedang duduk i’tikaf semalam suntuk pada hari-hari terakhir Bulan Suci Ramadhan. Para sahabat pun tidak sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Nabi SAW ini.

Baginda berdiri solat mereka juga shalat sambil tangannya diangkat untuk berdo’a dan para sahabat pun juga serentak mengamininya. Saat itu langit mendung tidak berbintang. Angin pun meniup tubuh-tubuh yang memenuhi masjid. Dalam riwayat tersebut malam itu adalah malam ke-27 dari Bulan Ramadhan.

Disaat Rasulullah SAW dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan. Salah seorang sahabat ada yang ingin membatalkan shalatnya, ia bermaksud ingin berteduh dan lari dari saf, namun niat itu digagalkan karena dia melihat Rasulullah SAW dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusyuk tidak bergerak.
Air hujan pun semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berada di dalam masjid tersebut, akan tetapi Rasulullah SAW dan para sahabat tetap sujud dan tidak berganjak sedikitpun dari tempatnya.

Baginda basah kuyup dalam sujud. Namun sama sekali tidak bergerak. seolah-olah beliau sedang asyik masuk kedalam suatu alam yang melupakan segala-galanya. Beliau sedang masuk kedalam suatu alam keindahan. Beliau sedang diliputi oleh cahaya Ilahi.

Baginda takut keindahan yang beliau saksikan ini akan hilang jika beliau bergerak dari sujudnya. Beliau takut cahaya itu akan hilang jika beliau mengangkat kapalanya. Beliau terpaku lama sekali di dalam sujudnya. Beberapa sahabat ada yang tidak kuat menggigil kedinginan. Ketika Rasulullah SAW mengangat kepala dan mengakhiri shalatnya, hujan pun berhenti seketika.

Anas bin Malik, sahabat Rasulullah SAW bangun dari tempat duduknya dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW. Namun beliau pun mencegahnya dan berkata “Wahai anas bin Malik, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya. ”

4.2 Sumber 3 : Ulama – Al Imam Al Ghazali
Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan lailatul qadar, dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan as-Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.

Demikian juga banyak dari mereka berpendapat, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27 Ramadhan. Ini adalah pendapat sebagian sahabat, seperti Ubay bin Ka’ab yang beliau sampai berani memastikan dan bersumpah bahwa Lailatul Qadar ada pada malam ke 27, ia berkata:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِي هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
“Demi Allah, sunguh aku mengetahuinya dan kebanyakan pengetahuanku bahwa dia adalah malam yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam perintahkan kami untuk bangun (shalat) padanya, yaitu malam ke 27.” (HR. Muslim, no. 762)
Dan dalam hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bersabda tentang Lailatul Qadar,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
“Lailatul Qadar adalah malam ke dua puluh tujuh.” (HR. Abu Dawud)
Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah memberikan catatan terhadap pendapat-pendapat tentang Lailatul Qadar di atas, “Yang jelas, menurutku, Lailatul Qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan berpindah-pindah di malam-malam tersebut. Ia tidak khusus hanya pada malam ke 27 saja. Adapun yang disebutkan oleh Ubay, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27, ini terjadi dalam suatu tahun dan bukan berarti terjadi pada semua tahun. Buktinya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa’id Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkhutbah kepada mereka seraya mengatakan:
إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّي نَسِيتُهَا أَوْ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ وَإِنِّي أُرِيتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ
“Sungguh aku telah diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian terlupakan olehku. Oleh sebab itu, carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir pada setiap malam ganjilnya. Pada saat itu aku merasa bersujud di air dan lumpur.”
Abu Sa’id berkata: “Hujan turun pada malam ke 21, hingga air mengalir menerpa tempat shalat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seusai shalat aku melihat wajah beliau basah terkena lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim)
Demikian kumpulan hadits yang menyinggung tentang masalah Lailatul Qadar. Wallahu A’lam.” (Selesai ulasan dari Shahih Fiqih Sunnah: III/202-203)

Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram (Ta’liq atas Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, “Pendapat yang paling rajih dan paling kuat dalilnya adalah ia berada pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir. Ia bisa berpindah-pindah, terkadang di malam ke 21, terkadang pada malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang pada malam ke 27, dan terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan terhadap beberapa malam secara pasti, sebagaimana yang terdapat dalam hadits ini (hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan), ia di malam ke 27, dan sebagaimana dalam beberapa hadits lain, ia berada di malam 21 dan 23, maka itu pada tahun tertentu, tidak pada setiap tahun. Tetapi perkiraan orang yang meyakininya itu berlaku selamanya, maka itu pendapat mereka sesuai dengan perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat yang banyak dalam penetapannya.”
4.3 Melalui Mimpi
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

“Aku lihat mimpi-mimpi kalian tentang lailatul qadar semuanya sama menunjukkan pada tujuh malam terakhir. Karenanya siapa saja yang mau mencarinya, maka hendaklah dia mencarinya pada tujuh malam terakhir”. (HR. Al-Bukhari no. 1876 dan Muslim no. 1985
5.    KIRAAN MALAM QODAR
Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
فان كان الشهر تسعا وعشرين فأول العشر الاواخر بلا شك ليلة عشرين منه، فهى إما ليلة عشرين، وإما ليلة اثنين وعشرين، وإما ليلة أربع وعشرين، واما ليلة ست وعشرين، واما ليلة ثمان وعشرين، لان هذه هي الاوتار من العشر الاواخر، وان كان الشهر ثلاثين فأول الشعر الاواخر بلا شك ليلة احدى وعشرين، فهى إما ليلة احدى وعشرين، واما ليلة ثلاث وعشرين، واما ليلة خمس وعشرين، واما ليلة سبع وعشرين، واما ليلة تسع وعشرين، لان هذه هي أوتار العشر بلاشك
“Apabilla Bulan Ramadhan itu ada 29 hari, maka tidak diragukan lagi bahwa awal dari sepuluh malam terakhir adalah malam ke-20. Sehingga, lailatul qadar dimungkinkan jatuh pada malam ke-20, atau ke-22, atau ke-24, atau ke-26, atau ke-28. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.apabila bulan Ramadhan  itu 30 hari, maka tidak diragukan lagi bahwa awal dari sepuluh malam terakhir adalah malam ke-21. Sehingga, lailatul qadar dimungkinkan jatuh pada malam ke-21, atau ke-23, atau ke-25, atau ke-27, atau ke-29. Karena inilah malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir.

5.1 Kiran Imam Ghazali
Menurut Imam Al Ghazali, Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadhan :

1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadhan
2. Jika malam pertama jatuh pada malam Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadhan
3. Jika malam pertama jatuh pada malam Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadhan
4. Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadhan
5. Jika malam pertama jatuh pada malam Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan.
Menyetujui kaidah ini, berarti malam Lailatul Qadar jatuh pada malam Rabu, 6 Agustus 2013 atau malam 29 Ramadan 1434 H, karena awal Ramadhan adalah malam Rabu, 10 Juli 2013.Allahu A’lamu bi Muradihi…

6.    CIRI-CIRI MALAM QODAR

Tidak ada kepastian mengenai bilakah datangnya Lailatul Qadar, suatu malam yang dikisahkan dalam Al-Qur’an “lebih baik dari seribu bulan”. Ada Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, meyebutkan bahwa Nabi pernah ditanya tentang Lailatul Qadar. Beliau menjawab: “Lailatul Qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.” (HR. Abu Dawud).

Namun menurut hadits lainnya yang diriwayatkan Aisyah rah., Nabi Muhammad saw. memerintahkan:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal ganjil dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari)

Menurut pendapat yang lain, Lailatul Qadal itu terjadi pada 17 Ramadhan, 21 Ramadhan, 24 Ramadhan, tanggal ganjil pada 10 akhir Ramadhan dan lain-lain.

Di antara tanda malam Al-Qadar adalah :
1.    Malam itu tenang, tidak dingin dan tidak panas;
2.    Siangnya cahaya matahari warnanya pucat;
3.    Pada malam itu Malaikat Jibril akan menyalami orang yang beribadat pada malam itu dan sebagai tandanya ialah kita tiba-tiba rasa sangat sayu dan kemudiannya menangis teresak-esak secara tiba-tiba.
.
Rasulullah bersabda: “Sesiapa yang kehilangan malam itu, sesungguhnya dia telah kehilangan semua kebaikan. Dan tidak akan kehilangan semua perkara itu kecuali orang yang telah diharamkan (tidak mendapat petunjuk) daripada Allah.” (Hadis riwayat Ibnu Majah)

7.    BERSUNGGUH-SUNGGUH MENCARINYA
Nabi shollollohu 'alaihi wa sallam bersabda:
((من قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه)) رواه البخاري ومسلم
"Barangsiapa yang menegakkan malam lailatul qodar kerena keimanan dan mengharapkan pahala maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. al-Bukhori no.1768 dan Muslim no. 2681)
Sedangkan di dalam sebuah riwayat di luar Shohih al-Bukhori dan Muslim disebutkan:

((… من قامها ابتغاءها ثم وُفِّقَت له غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر))
"Barangsiapa yang menegakkannya karena mengharapkannya kemudian dia diberi taufiq untuk mendapatkannya maka Alloh ampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang." (HR. Ahmad dari hadits 'Ubadah bin Shomit no.22205)

8.    HIKMAT TIDAK DIBERITAHU SECARA TEPAT MALAM QODAR
Diantara hikmah tidak diberitahukannya tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadar adalah untuk memotivasi umat agar terus beribadah, mencari rahmat dan ridha Allah kapan saja dan dimana saja, tanpa harus terpaku pada satu hari saja.

Jika malam Lailatul Qadar ini diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang akan beribadah sebanyak-banyaknya hanya pada tanggal tersebut dan tidak giat lagi beribadah ketika tanggal tersebut sudah lewat.

Umat Islam hanya ditunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Di antara tanda-tanda datangnyaLailatul Qadar adalah:
1.    Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim.

2.    Pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad. Dalam kitab Mu’jam at- Thabari al-Kabir disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Malam Lailatul Qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang harinya matahari bersinar tidak begitu panas.”

9.    AMALAN-AMALAN UNTUK MENDAPATKAN MALAM QODAR
Para ulama kita mengajarkan, agar mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar, maka hendaknya kita memperbanyak ibadah selama bulan Ramadhan, diantaranya:
1. Senantiasa shalat fardhu lima waktu berjama’ah.
2. Mendirikan shalat malam atau qiyamul lail (shalat tarawih, tahajud, dll)
3. Membaca Al-Qur’an sebanyak-banyaknya dengan tartil.
4. Memperbanyak dzikir, istighfar dan berdoa.
5. Memperbanyak membaca do’a:
اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنَّا
Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang pada ampunan, maka ampunilah kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah.

10. APA YANG PERLU DILAKUKAN JIKA BERKESEMPATAN DENGAN MALAM QODAR
Rasulullah sollahu alaihi wasallam mengajar kita supaya banyakkan berdoa jika bertemua dengan malam ini, dan Rasulullah juga mengajar kita doanya :

10. PENUTUP
Sesungguhnya Malam Qodar adalah suatu hadiah dari Allah kepada hamba-hambaNya yang dikasihi dan disayangi. Apabila kasih kita kepada Allah melimpah ruah maka sudah tentu segala keinginan kita dipenuhi. Justeru doa adalah satu cara paling berkesan untuk mendapatkan Malam Qodar ini. Semoga Allah kurniakan kita Malam Qodar ini untuk Ramadahan tahun ini amin.