TERGESA-GESA
Sifat dasar manusia yang buruk yang kelima adalah sifat ‘Tergesa-gesa’. Allah Ta’ala menjelaskan tentang sifat ini dalam dua ayat berikut:
QS. Al-‘Isra’ [17] : 11
وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ عَجُولًا
Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
Allah SWT menjelaskan bahwa manusia itu
mempunyai sifat tergesa-gesa, yaitu apabila ia menginginkan sesuatu
sesuai dengan kehendak hatinya, maka tertutuplah pikirannya untuk
menilai apa yang diinginkannya itu, apakah bermanfaat bagi dirinya,
ataukah merugikan. Hal itu semata-mata didorong oleh sifat-sifat
tergesa-gesa untuk mencapai tujuannya, tanpa dipikirkan dengan pemikiran
yang matang terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya
manusia itu tertarik pada keadaan lahiriah dari sesuatu tanpa meneliti
hakikat dan rahasia dari sesuatu itu lebih mendalam.
QS. Al-‘Anbya’ [21] : 37
خُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ مِنْ عَجَلٍ ۚ سَأُو۟رِيكُمْ ءَايَٰتِى فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Manusia telah dijadikan (bertabiat)
tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku.
Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa
manusia dijadikan sebagai makhluk yang bertabiat suka tergesa-gesa dan
terburu nafsu. Kemudian “Allah memperingatkan kaum kafir agar mereka
jangan meminta disegerakannya azab yang diancamkan kepada mereka, karena
Allah pasti akan memperlihatkan” kepada mereka tanda-tanda dari
azab-azab-Nya itu.
Di sini dapat kita lihat, bahwa Allah
melarang manusia untuk bersifat tergesa-gesa, minta segera
didatangkannya sesuatu yang belum tiba saatnya, akan tetapi pasti
datangnya. Di samping itu Allah menerangkan, bahwa sifat tersebut sudah
dijadikan sebagai salah satu sifat pada manusia. Ini berarti, bahwa
walaupun sifat tergesa-gesa itu sudah dijadikan-Nya sebagai salah satu
sifat pada manusia namun manusia diberinya kemampuan untuk menahan diri
dan melawan sifat tersebut, lalu membiasakan diri dengan sifat
ketenangan dan kesabaran atau mawas diri.
Sifat tergesa-gesa dan terburu nafsu
selalu menimbulkan akibat yang tidak baik serta merugikan diri sendiri
atau orang lain, yang akhirnya menyebabkan rasa penyesalan yang tak
berkesudahan. Sebaliknya, sikap tenang, sabar, berhati-hati dan mawas
diri dapat menyampaikan seseorang kepada apa yang ditujunya, dan
mencapai sukses yang gemilang dalam hidupnya.
Itulah sebabnya Al-Quran selalu memuji
orang-orang bersifat sabar, dan menjanjikan kepada mereka bahwa Allah
senantiasa akan memberikan perlindungan, petunjuk dan pertolongan kepada
mereka. Sedang orang-orang yang-suka terburu nafsu. lekas marah, mudah
dimasuki godaan iblis yang akan menjerumuskannya ke jurang kebinasaan,
dan menyeleweng dari kebenaran.
Tantangan orang-orang kafir agar azab
Allah segera didatangkan kepada mereka, dengan jelas menunjukkan ketidak
percayaan mereka terhadap adanya azab tersebut, serta keingkaran mereka
bahwa Allah kuasa menimpakan azab kepada orang-orang yang zalim.
KELUH KESAH
Sifat dasar manusia yang buruk yang keenam adalah sifat ‘Keluh kesah’. Allah Ta’ala menjelaskan tentang sifat ini dalam QS. Al-Ma`arij [70] ayat 19:
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Pada ayat ini ditegaskan bahwa manusia
itu bersifat suka berkeluh kesah dan kikir. Namun, sifat ini dapat
diubah jika dituruti petunjuk Tuhan yang dinyatakan-Nya dalam ayat 22
s.d. 24 surah al-Ma’arij. Manusia yang menghindari petunjuk Tuhan dan
seruan Rasul; mereka adalah orang-orang yang sesat.
Manusia sampai sesat dari jalan Allah
karena ia bersifat tergesa-gesa, gelisah dan kikir itu, bukanlah
merupakan ketentuan dari Allah terhadapnya, tetapi mereka menjadi mukmin
atau menjadi kafir itu adalah karena usaha dan pilihan mereka sendiri.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dialah yang menciptakan kamu maka di
antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu ada yang beriman Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. At Taghabun: 2)
Kepada manusia dibentangkan jalan yang
lurus yang menuju kepada keridhaan Allah dan kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat sebagaimana yang disampaikan Rasulullah yang termuat
dalam Al-Quran dan hadits. Di samping itu terbentang pula jalan yang
sesat, jalan yang dimurkai-Nya yang menuju kepada tempat yang penuh
derita dan sengsara di akhirat nanti. Manusia boleh memilih sa1ah satu
dari kedua jalan itu; jalan mana yang akan ditempuhnya, apakah jalan
yang lurus atau jalan yang sesat. Kemudian mereka diberi balasan nanti
sesuai dengan pilihan mereka itu.
Sifat dasar manusia yang buruk yang ketujuh adalah sifat ‘Melawan’. Allah Ta’ala menjelaskan tentang sifat ini dalam QS. Al-Kahf [18] ayat 54:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِى هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ لِلنَّاسِ مِن كُلِّ مَثَلٍ ۚ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ أَكْثَرَ شَىْءٍ جَدَلًا
Dan sesungguhnya Kami telah
mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Quran ini bermacam-macam
perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
Sudah berbagai macam perumpamaan
dikemukakan Allah di dalam Al-Quran, baik berupa perbandingan terhadap
sesuatu atau pun berbentuk cerita. Hal ini dimaksudkan sebagai cermin
perbandingan bagi manusia, sebab manusia itu mempunyai akal pikiran.
Dari binatang-binatang kecil seperti nyamuk, semut, lalat dan lebah,
sampai benda-benda alam yang besar seperti gunung-gunung dan samudra
dijadikan contoh untuk menarik perhatian manusia.
Namun demikian, manusia itu adalah
makhluk yang paling suka membantah. Artinya, ketika Allah menyadarkan
akal pikiran dan budi luhurnya dengan berbagai macam perumpamaan itu,
merekapun mencari-cari dalih untuk mengingkari dan tidak mau
mematuhinya. Hal itu karena hawa nafsu, kesombongan dan tipu daya setan
dan iblis. Dalam suatu hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah saw datang
kepada Ali dan Fatimah pada suatu malam lalu bertanya:
الا تصليان؟ فقلت يا رسول الله إنما أنفسنا
بيد الله فإذا شاء أن يبعثنا بعثنا، فانصرف حين قلت ذلك ولم يرجع إلي شيءا
ثم سمعته وهو مول يضرب فخذه ويقول: وكان الإنسان أكثر شيء جدلا
“Apakah kamu berdua salat? Maka saya
(Ali) menjawab: “Hai Rasulullah, diri kami ini sesungguhnya ada di
tangan Allah, kalau dia mau membangkitkan kami, tentu Dia sanggup
membangkitkan kami. Maka beliau berpaling ketika saya mengucapkan itu,
dan beliau tidak menjawab perkataan saya sedikitpun. Kemudian saya
mendengar beliau memukul pahanya sendiri sambil berpaling dan
mengucapkan: tetapi manusia itu adalah makhluk yang paling banyak
membantah.” (H.R. Bukhari dari Ali Bin Abu Talib)
Yang dimaksud dalam ayat 54 ini sudah
barang tentu orang-orang ingkar, yang kenyataannya memang banyak.
Setelah cukup banyak macam perumpamaan dan kias perbandingan, tetapi
ternyata manusia banyak yang ingkar, maka Allah memberikan ketegasan
pada ayat-ayat ini.
SELALU ENGKARKAN ALLAH
Sifat dasar manusia yang buruk yang kedelapan adalah sifat ‘Sangat Ingkar kepada Tuhan’. Allah Ta’ala menjelaskan tentang sifat ini dalam dua ayat berikut:
QS. Al-`Adiyat [100] : 6
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya
Dalam ayat ini Allah menerangkan isi
sumpah-Nya, yaitu: watak manusia adalah mengingkari kebenaran dan tidak
mengakui hal-hal yang menyebabkan mereka harus bersyukur kepada
penciptanya, kecuali orang-orang yang mendapat taufik membiasakan diri
berbuat kebaikan dan menjauhkan diri dari kemungkaran. Telah
diriwayatkan, bahwa Nabi SAW. bersabda:
الكنود هو الذي يأكل وحده ويضرب عبده ويمنع رفده
Orang yang mengingkari kebenaran
adalah orang yang suka makan sendiri, memukul hamba sahayanya dan tak
pernah memberi jamuan pada tamunya. (lihat Tafsir Al Maragi, hal. 223, juz 30, jilid X).
Maksudnya, dia tidak pernah menyedekahkan
sesuatu yang diberikan Allah kepadanya, tidak menaruh iba kasihan
kepada hamba Allah sebagaimana Allah kasihan kepadanya, seolah-olah
mengingkari nikmat-nikmat Allah kepadanya serta menjauhi apa yang baik
oleh akal dan agama.
Sifat yang terpendam dalam jiwa manusia
ini menyebabkan ia tidak mementingkan apa yang terdapat di
sekelilingnya, tidak menghiraukan apa yang akan datang dan lupa apa yang
telah lalu. Dan bila Allah memberikan kepadanya sesuatu nikmat, dia
terus bingung, hatinya menjadi bengis dan sikapnya menjadi kasar
terhadap hamba-hamba Allah.
QS. Al-`Adiyat [100] : 7
وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ
Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa
seorang manusia meskipun ia ingkar, aniaya dan tetap dalam keingkaran
dan kebohongan, bila ia menanyakan tentang dirinya mesti ia akan kembali
kepada yang benar. Dia mengaku: bahwa ia tidak mensyukuri nikmat-nikmat
Tuhannya yang dianugerahkan kepadanya dan mengakui pula bahwa semua
tindakannya adalah menentang dan mengingkari nikmat tersebut.
Ini adalah kesaksian sendiri atas
keingkarannya, pengakuan tersebut lebih kuat daripada pengakuan yang
timbul dari diri sendiri dengan lisan
Tiada ulasan:
Catat Ulasan