Jumaat, Jun 09, 2017

NUZUL AL QURAN

PENDAHULUAN

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
 “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shaad: 29).”

WAHYU TERPUTUS DARI LANGIT
روى مسلم في صحيحه عَنْ أَنَسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ - رضي الله عنه - بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللهِ - صلى الله عليه وآله وسلم - لِعُمَرَ: «انْطَلِقْ بِنَا إِلَى أُمِّ أَيْمَنَ نَزُورُهَا كَمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وآله وسلم - يَزُورُهَا»، فَلَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَيْهَا بَكَتْ، فَقَالَا لَهَا: «مَا يُبْكِيكِ؟ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ - صلى الله عليه وآله وسلم -»، فَقَالَتْ: «مَا أَبْكِي أَنْ لَا أَكُونَ أَعْلَمُ أَنَّ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ - صلى الله عليه وآله وسلم -،
وَلَكِنْ أَبْكِي أَنَّ الْوَحْيَ قَدْ انْقَطَعَ مِنْ السَّمَاءِ»،
فَهَيَّجَتْهُمَا عَلَى الْبُكَاءِ فَجَعَلَا يَبْكِيَانِ مَعَهَا
AKu Menangis kerana Wahyu terputus dari langit dengan kewafatan Rasululllah sollahu alaihi wasallam.

KELEBIHAN ORANG YANG BELAJAR AL QURAN
عَن عَائِشَةَ رَضي اللٌهُ عَنهاَ قَالَتُ:
قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم الَماهر باِلقُرانِ مَعَ السَفَرَةَ الكِرَامِ الَبَرَرَةِ وَاٌلَذِي يَقُراٌ القُرانَ وَيَتَتَعتَعُ فِيه وَهُوَ عَلَيهِ شَاقٌ لَه اَجَران (رواه البخارى ومسلم وابو داوود والترمذى وابن ماجه).
Dari Aisyah r.h.a berkata bahwa Rasulullah saw.bersabda , “Orang yang ahli dalam al Qur’an akan berada bersama malaikat pencatat yang mulia lagi benar, dan orang terbata-bata membaca al Qur’an sedang ia bersusah payah (mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali.” (Hr. bukhari, Nasa’I, Muslim, Abu Daud, Tarmidzi, dan ibnu Majah)
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengamalkannya.” (HR. Bukhari).

AYAT-AYAT QURAN BUKTI PENURUNAN AL QURAN
ِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran itu pada malam yang berkat.” (Surah al-Dukhan ayat 3).
إنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
 “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar.” (Surah al-Qadr, ayat 1).
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Ramadan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekelian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbezaan antara yang benar dan yang salah.”  (Surah al-Baqarah, ayat 185)

TARIKH PENURUNAN AL QURAN
Dari segi tarikh diturunkan
Peristiwa agung dan istimewa dalam sejarah umat ialah malam diturunkan al-Quran (Nuzul al-Quran) yang berlaku pada 24 Ramadhan.
Ia juga disebut Allah sebagai malam yang diberkati (lailatin mubarakah).
Nuzul al-Quran bererti penurunan al-Quran dari langit kepada Nabi Allah yang terakhir.

PERINGKAT PENURUNAN AL QURAN
Pertama - Penurunan al-Quran dari Allah SWT ke al-Lauh al-Mahfuz;
Kedua - Dari al-Lauh al-Mahfuz ke Bait al-‘Izzah
di langit dunia; dan
Ketiga - Penurunan kepada Jibril a.s. dalam tempoh 20 malam.

KALAM INSAN TENTANG AL QURAN
Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Bagian dunia yang kucintai ada tiga:
1.    Mengenyangkan orang yang lapar,
2.    Memberi pakaian mereka yang tak punya,
3.    Membaca Al Quran”.
Utsman berkata, “Ada empat hal ketika nampak merupakan keutamaan. Jika tersembunyi menjadi kewajiban.
(1) Berkumpul bersama orang-orang shaleh adalah keutamaan dan mencontoh mereka adalah kewajiban.
(2) Membaca Alquran adalah keutamaan dan mengamalkannya adalah kewajiban.
(3) Menziarahi kubur adalah keutamaan dan beramal sebagai persiapan untuk mati adalah kewajiban.
(4) Dan membesuk orang yang sakit adalah keutamaan dan mengambil wasiat darinya adalah kewajiban”. (Irsyadul Ibad li Isti’dadi li Yaumil Mi’ad, Hal: 90). Kata Usman bin Affan ……
Ada 10 hal yang disia-siakan:
1.    Orang yang berilmu tapi tidak ditanyai.
2.    Ilmu yang tidak diamalkan.
3.    Pendapat yang benar namun tidak diterima.
4.    Senjata yang tidak digunakan.
5.    Masjid yang tidak ditegakkan shalat di dalamnya.
6.    Mushaf Al Quran yang tidak dibaca.
7.    Harta yang tidak diinfakkan.
8.    Kendaraan yang tidak dipakai.
9.    Ilmu tentang kezuhudan bagi pencinta dunia.
10.  Dan usia panjang yang tidak menambah bekal untuk safarnya (ke akhirat).” (Irsyadul Ibad li Isti’dadi li Yaumil Mi’ad, Hal: 91).

Kata Usman bin Affan …….
“Jika hati kita suci, maka ia tidak akan pernah puas dari kalam Tuhan nya.”
“Sungguh aku membenci, satu hari berlalu tanpa melihat (membaca) Alquran.”

BERTAMBAH IMAN JIKA BACA AL QURAN
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

BANDINGAN PEMBACA AL QURAN
Dari Abu Musa al-Asy`ari radhiAllahu `anhu katanya Rasulullah sallAllahu `alaihi wa sallam telah bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ التَّمْرَةِ لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ
1.    “Perumpamaan orang mu’min yang membaca al-Quran ialah seperti buah utrujjah (الأُتْرُجَّةِ), baunya enak dan rasanya pun enak.
2.    Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Quran ialah seperti buah kurma (التَّمْرَةِ), tidak ada baunya, tetapi rasanya manis.
3.    Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca al-Quran ialah seperti tumbuhan harum raihanah (الرَّيْحَانَةِ), baunya enak sedang rasanya pula pahit.
4.    Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Quran ialah seperti buah hanzolah (الْحَنْظَلَةِ), tidak ada baunya dan rasanya pun pahit.”
(Muttafaq ‘alaih)

PERINGKAT PENURUNAN KEPADA RASULULLAH
Penurunan 3 Kitab
نْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَهِيْمَ فِي اَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ, وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتِّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ, وَالْإِنْجِيْلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ, وَاَنْزَلَ اللهُ الْقُرْاَنَ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ.
lembaran-lembaran nabi Ibrahim diturunkan pada permulaan malam Ramadhan dan kitab Tauarat diturunkan pada tanggal enam Ramadhan, dan kitab Injil diturunkan pada tanggal tiga belas Ramadhan, sedangkan al-Quran diturunkan pada tanggal duapuluh empat Ramadhan. hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal dan Abu Said dari Imran Abul Awwam, dari Qatadah, dari Abul Falih, dari Abul Iswa, mengatakan:

Penurunan Al Quran Kepada Rasulullah
Cara penurunan Al-Qur’an dari Bait Al-Izzah kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam.

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dengan dua cara, yakni secara Ibtida'i dan Sababi.
Pertama : Turun Secara Ibtida'i yaitu ayat Al-Qur’an yang turun tanpa didahului oleh suatu sebab yang melatarbelakanginya. Dan mayoritas ayat - ayat Al-Qur’an turun secara ibtida'i ini.
Diantara ayat yang turun secara ibtida’i ini. Firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
ومنهم مّن عهد الله لئن ءاتنا من فضله لنصدّقنّ ولنكو ننّ من الصّليحين
"Dan diantara mereka ada yang menjanjikan kepada Allah “ Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, sungguh kami akan bershadaqah dan sungguh kami akan menjadi orang-orang yang termasuk dalam orang-orang yang shaleh." [al-Quran Surat At-Taubah ayat 75]

Sesungguhnya ayat ini mula-mula turun untuk menjelaskan keadaan sebagian orang-orang munafik. Adapun mengenai berita yang masyhur (terkenal) bahwa ayat ini (Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 75) turun berkenaan dengan Tsa'labah bin Hathib dalam suatu kisah yang panjang merupakan riwayat yang LEMAH, yang tidak dapat dibenarkan.

Kedua : Turun Secara Sababi yaitu ayat Al-Qur’an yang turun dengan didahului oleh suatu sebab yang melatarbelakanginya. Sebab-sebab itu bisa berupa pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, bisa berupa suatu kejadian atau peristiwa yang membutuhkan penjelasan dan peringatan, atau suatu permasalahan yang membutuhkan penjelasan hukum.

a.Sebab berupa pertanyaan.
Contoh Firman Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
يسئلونك عن الأهلّة . قل هى موقيت للنّاس والحجّ
"Mereka bertanya kepada mu (Muhammad) tentang bulan Sabit. Katakanlah : "Bulan sabit itu adalah tanda - tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji." [Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 189]

b.Sebab berupa kejadian sebuah peristiwa yang membutuhkan penjelasan dan peringatan.
Contoh firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
ولئن سأتـهم ليقولنّ إنّما كنّانخوض ونعلب . قل أبا الله وءايته ورسوله كنتم تستهزءون
"Dan jika kamu bertanya kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab : "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" [Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 65]
Ayat ini turun berkenaan seseorang laki-laki munafik yang berkata dalam suatu majelis pada waktu perang tabuk : "Kami tidak melihat orang semisal para pembaca Al-Qur’an kita ini, mereka paling besar perutnya, paling dusta lisan nya, dan paling penakut ketika bertemu dengan musuh"

Apa yang dia maksud didalam ucapan nya adalah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau. Kemudian ucapan nya sampai kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, kemudian turun ayat Al-Qur’an ini. Kemudian laki-laki tersebut datang kepada Rasulullah untuk meminta maaf kepada beliau, maka beliau menjawab dengan membaca firman Allah lanjutan ayat tadi :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

"Apakah dengan Allah, dan ayat-ayat Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” [Al-Qur’an Surat At-Taubat ayat 65-66]

c. Suatu permasalahan yang membutuhkan penjelasan hukum.
Contoh nya firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
قد سمع الله قوالّتى تجدلك في زوجها وتشتكى إلى الله , والله يسمع تحاوركما , إنّ الله سميع بصير
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan hal nya kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [Al-Qur’an Surat al-Mujadilah ayat

BINATANG KELDAI DALAM AL QURAN
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا ۚ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.

LALAT DALAM AL QURAN
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.

KISAH ZAMAN DAHULU DALAM AL QURAN DAN KATA-KATA DR MORRIS BUKAY
Di dalam bukunya, “al-Qur’an Dan Ilmu Modern”, Dr Morris Bukay[1] mengungkap kesesuaian informasi al-Qur’an mengenai nasib Fir’aun Musa setelah ia tenggelam di laut dan realita di mana itu tercermin dengan masih eksisnya jasad Fir’aun Musa tersebut hingga saat ini. Ini merupakan pertanda kebesaran Allah Subhanahu wa ta’ala saat berfirman,
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” [QS.Yunus:92]
Dr. Bukay berkata, “Riwayat versi Taurat mengenai keluarnya bangsa Yahudi bersama Musa Alaihissalam dari Mesir menguatkan ‘statement’ yang menyatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah Fir’aun Mesir pada masa nabi Musa Alaihissalam. Penelitian medis terhadap mumi Mineptah membeberkan kepada kita informasi-informasi berguna lainnya mengenai dugaan sebab kematian Fir’aun ini.

KATA WALID AL MUGHIRAH TENTANG AL QURAN

وماذا أقول؟ فوالله! ما فيكم رجل أعلم بالأشعار مني، ولا أعلم برجز ولا بقصيدة مني، ولا بأشعار الجن، والله! ما يشبه الذي يقول شيئا من هذا، ووالله! إن لقوله الذي يقول حلاوة، وإن عليه لطلاوة، وإنه لمثمر أعلاه مغدق أسفله، وإنه ليعلو وما يعلى، وإنه ليحطم ما تحته
“Apa menurutmu yang harus kukatakan pada mereka? Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah kalian orang yang lebih memahami syair Arab daripada aku. Tidak juga pengetahuan tentang rajaz dan qashidahnya yang mengungguli diriku. Tapi apa yang diucapkan Muhammad itu tidak serupa dengan ini semua. Juga bukan sihir jin. Demi Allah! Apa yang ia ucapkan (Alquran) itu manis. Memiliki thalawatan (kenikmatan, baik, dan ucapan yang diterima jiwa). Bagian atasnya berbuah, sedang bagian bawahnya begitu subur. Perkataannya begitu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya, serta menghantam apa yang ada dibawahnya.”

KATA GARY MILLER TENTANG AL QURAN

Dr Gary Miller (Kini Dr Abdul Ahad) adalah seorang pendakwah yang sangat aktif dan sangat berpengetahuan tentang Alkitab. Lelaki ini terlalu suka matematik, itulah sebabnya dia suka logik. Pada suatu hari, beliau memutuskan untuk membaca al-Quran untuk cuba mencari apa-apa kesilapan yang dia mungkin boleh diambil kesempatan bagi menarik orang Islam memeluk agama Kristian

Beliau menyangka Al-Quran adalah sebuah buku lama bertulis 14 abad yang lalu, sebuah buku yang bercakap tentang padang pasir dan sebagainya. Apa yang dijumpainya selepas itu amat mengejutkannya dan beliau begitu kagum. Beliau dapati Al-Quran ini mempunyai sesuatu yang tidak ada pada semua kitab lain di dunia ini. Beliau menjangkakan untuk mencari cerita-cerita tentang masa sukar Nabi Muhammad (SAW) hadapi, seperti kematian isterinya Khadijah (RA) atau kematian anak-anak lelaki dan anak-anak perempuannya.
Bagaimanapun, beliau tidak menemui apa-apa seperti itu. Dan apa yang membuatkan beliau lebih keliru adalah bahawa dia menemui satu penuh “surah” (bab) dalam Al-Quran yang dinamakan “Maryam” yang mengandungi banyak berkenaan dengan Maryam yang tidak pernah dijumpai walaupun dalam buku-buku yang ditulis oleh orang Kristian mahupun dalam Al-kitab mereka (bible). Dia tidak menjumpai surah dinamakan sempena “Fatimah” (anak nabi) atau “Aishah” (isteri Rasulullah saw), semoga Allah rahmati kedua-dua mereka.

Beliau juga mendapati bahawa nama Isa (AS) telah disebut dalam Al-Quran 25 kali manakala nama “Muhammad” (saw) hanya disebut sebanyak 4 kali, maka dia menjadi lebih keliru. Dia mula membaca Al-Quran dengan lebih teliti dengan harapan untuk mencari kesilapan tetapi dia terkejut apabila dia membaca ayat yang besar yang merupakan nombor ayat 82 dalam Surah Al-Nisa’a (Wanita) yang bermaksud:
فَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Patutkah mereka (bersikap demikian), tidak mahu memikirkan isi Al-Quran? Dan kalaulah Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, nescaya mereka akan mendapati di dalamnya banyak perselisihan “.

Dr Miller berkata tentang ayat ini: “Salah satu prinsip saintifik yang terkenal adalah prinsip mencari kesilapan atau mencari kesilapan dalam teori sehingga ia terbukti benar (Ujian Pemalsuan). Apa yang menakjubkan ialah Al-Quran meminta orang Islam dan bukan Islam untuk cuba mencari kesalahan dalam buku ini dan ia memberitahu mereka bahawa mereka tidak akan mencari mana-mana “.

Beliau juga berkata tentang ayat ini: “Tidak ada penulis di dunia mempunyai keberanian untuk menulis buku dan mengatakan bahawa ia kosong daripada kesilapan, tetapi al-Quran, sebaliknya, memberitahu anda bahawa ia tidak mempunyai kesalahan dan meminta anda untuk cuba untuk mencari satu dan anda tidak akan mencari mana-mana.

Satu lagi ayat yang Dr Miller ditunjukkan untuk masa yang panjang adalah nombor ayat 30 dalam Surah ‘Al-Anbiya’(Nabi-nabi) :
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

“Adakah orang-orang kafir melihat bahawa langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda yang satu), sebelum Kami pisahkan antara keduanya? Daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak mahu beriman? “




Tiada ulasan: