1) Nabi Ibrahim as termasuk salah seorang nabi-nabi besar Ilahi. Beliau
as adalah salah seorang pemuka penyeru tauhid sepanjang sejarah dan merupakan
bapak dari banyak para nabi.
Beliau as diutus ketika umat berada dalam penyembahan berhala,
menghambakan diri kepada berbagai patung dan menghormatinya. Beliau as
berdialog dengan umat dan menjelaskan ketidakbergunaan dan kehampaan
berhala-berhala tersebut kepada mereka. Di hadapan ucapan-ucapan penuh hikmah
dan argumentasi nabi Ibrahim as mereka mengatakan: “Sebenarnya Kami mendapati
nenek moyang kami berbuat demikian.
Nabi Ibrahim as berkata: “Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu
adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (yaitu Tuhan) Yang telah
menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi
makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang
amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
Kemudian nabi Ibrahim as menengadahkan tangannya
dan berdoa
رَبِّ هَبْ لى حُكْماً وَأَلْحِقْنى بِالصَّالِحينَ
* وَاجْعَلْ لى لِسانَ صِدْقٍ فى الآخِرينَ * وَاجْعَلْنى مِنْ وَرَثَةِ
جَنَّةِ النَّعيمِ * وَاغْفِرْ لأَبى إِنَّهُ كانَ مِنَ الضَّالّينَ * وَلا
تُخْزِنى يَومَ يُبْعَثُونَ
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam
golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi
orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku,[3] karena
sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah
Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.”
2)
Panutan dan teladan berperan vital dalam membangun atau menghancurkan
kepribadian manusia. Al-Qur’an yang adalah kitab pembangun dan pendidik manusia
menaruh atensi besarnya terhadap kepentingan ini. Mengingat manusia-manusia
agung seperti para nabi dan pribadi-pribadi positif lain, dan juga mengingat
individu-individu sesat dan berakhiran buruk dengan tujuan mengambil pelajaran
dan teladan diserukan di dalam al-Qur’an Karim.
Kata “اسوة” (uswah
atau panutan) digunakan sebanyak tiga kali di dalam al-Qur’an Majid: Satu kali
digunakan berkenaan dengan Nabi Islam Muhammad saw,[5] sekali
dalam kasus nabi Ibrahim as dan kaum Mukminin yang bersama beliau,[6] dan
kali ketiga berhubungan dengan para pengikut nabi Ibrahim as.
Allah swt di dalam al-Qur’an Karim berfirman: “Sesungguhnya telah ada
suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan
dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri
dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan
Ibrahim kepada bapaknya: Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan
aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan (Allah).”
Doa nabi Ibrahim as dan para pengikut beliau adalah sebagai berikut:
رَبَّنا عَلَيكَ تَوَكَّلْنا وَإِلَيْكَ أَنَبْنا
وَإِلَيْكَ المَصيرُ * رَبَّنا لا تَجْعَلْنا فِتْنَةً لِلَّذينَ كَفَروُا
وَاغْفِرْ لَنا رَبّنا إنَّكَ أَنْتَ الْعَزيزُ الْحَكيمُ
“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada
Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali, Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan
ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.”
Imam Ja’far Shadiq as dalam penafsiran ayat “رَبَّنا لا تَجْعَلْنا
فِتْنَةً لِلَّذينَ كَفَروُا”
berkata: “Pada masa dahulu kaum beriman adalah orang-orang yang fakir (dan
berada di bawah tekanan, gangguan dan siksaan kaum kafir) sementara kaum kafir
adalah orang-orang yang kaya raya, sehingga nabi Ibrahim as dating dan berdoa
seperti ini: “رَبَّنا لا تَجْعَلْنا فِتْنَةً لِلَّذينَ كَفَروُا”. Ketika itulah Allah swt menjadikan
kekayaan dan kefakiran di kalangan kaum Mukminin dan kaum kafirin.”
3) Dialog dan percakapan nabi Ibrahim as dengan para penyembah berhala
tidak membawa hasil, karena apapun yang dikatakan oleh nabi Ibrahim as kepada
mereka justeru menambah kesesatan dan kekerasan kepala dalam diri mereka.
Nabi Ibrahim as berkata kepada diri sendiri: Mungkin dengan menjalankan
sebuah “adegan” dapat menyadarkan mereka. Pada suatu hari raya di mana seluruh
penduduk pergi ke luar kota dan menikmati masa liburan dan bersenang-senang,
nabi Ibrahim as masuk ke dalam rumah berhala, beliau mengambil kapak,
menghancurkan seluruh berhala dan hanya membiarkan berhala paling besar tersisa.
Beliau as meletakkan kapak di atas pundak berhala besar tersebut dan keluar
dari tempat penyembahan berhala itu. Penduduk kota yang kembali dari
bersenang-senang mendatangi berhal-berhala mereka dan menemukannya dalam
kondisi hancur. Dengan melacak dan meneliti akhirnya mereka mengetahui bahwa
pekerjaan tersebut adalah pekerjaan nabi Ibrahim as.
Mereka menginterogasi nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as dalam menjawab
mereka mengatakan: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.”
Nabi Ibrahim mengatakan demikian dengan tujuan bahwa mungkin mereka
menyadari dan melihat bahwa patung tidak dapat berkata, tidak memiliki
pemahaman dan perasaan, tidak mampu menjauhkan bahaya dari diri sendiri dan
membahayakan yang lain, bagaimana dapat menjadi tuhan alam semesta?
Akan tetapi pentas ini pun tidak membuka benak mereka yang tertutup dan
mereka tetap memilih mengikuti secara membabi buta nenek moyang mereka yang
bodoh dari pada berpikir dan merenung.
Dari situ, mereka menyalakan api besar dan melemparkan nabi Ibrahim ke
dalamnya. Namun kehendak Allah swt berkata lain sehingga nabi Ibrahim as
selamat darinya; karena paket dari tugas beliau as untuk memberikan hidayat dan
bimbingan kepada umat serta membangun Ka’bah belum terlaksana ketika itu.
Ketika nabi Ibrahim as melihat tabligh dan dakwah beliau tidak membawa
hasil di wilayah tersebut, pergi dari tengah-tengah mereka dan berkata:
“Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk
kepadaku”.[12] Maka
ketika itu beliau as menuju tanah Palestina.
Nabi Ibrahim as setelah bertahun-tahun menikah dan hingga mencapai usia
lanjut masih belum dikarunia seorang anak, mengangkat tangan berdoa dan
mengatakan:
رَبِّ هَبْ لى مِنَ الصَّالِحينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh.”
Allah swt pun memberikan berita gembira kepada beliau as bahwa doanya
terkabulkan dan seorang putera yang sabar akan dianugerahkan kepada beliau as
dan nabi Ismail as akan terlahir dengan segera.
4) Setelah nabi Ibrahim as hijrah ke tanah Palestina, Allah swt
menganugerahkan nabi Ismail as kepada beliau as dan Hajar, namun karena desakan
Sarah beliau as terpaksa membawa nabi Ismail dan ibunya, Hajar ke tempat lain.
Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail pergi sehingga sampai di Mekah dan dengan
petunjuk Jibril berhenti di sana. Nabi Ibrahim as membangun sebuah tenda dan
memberikan naungan kepada keluarga di dalamnya sementara beliau as sendiri
kembali ke tanah Palestina.
Kehendak Ilahi menginginkan supaya Ibrahim as juga memiliki putera dari
Sarah. Maka Sarah mengandung nabi Ishaq. Nabi Ismail dan ibunya berada di Mekah
sementara nabi Ishaq dan ibunya di tanah Palestina dan nabi Ibrahim as pun
pulang pergi di antara keduanya. Tanah Palestina sebuah tempat berhawa dan
udara baik serta bertanah subur. Namun di Mekah tidak terdapat air, tumbuhan, pepohonan
dan pula tanah yang datar.
Nabi Ibrahim as yang dengan perintah Ilahi meninggalkan keluarga di
tempat pegunungan, kering tanpa air dan tumbuhan, merasa iba dan kondisi beliau
berubah kemudian menengadahkan tangan berdoa dan berkata:
رَبِّ اجْعَلْ هذا
البَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَنْ نَعْبُدَ الأَصْنام * رَبِّ
إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيراً مِنَ النّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّى
وَمَنْ عَصانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ * رَبَّنا إِنِّى أَسْكَنْتُ مِنْ
ذُرِّيَّتِى بِوادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ المُحَرَّمِ رَبَّنا
لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النّاسِ تَهْوِى إِلَيْهِمْ
وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَراتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ * رَبَّنا إِنَّكَ
تَعْلَمُ ما نُخْفِى وَما نُعْلِنُ وَما يَخْفى عَلى اللَّهِ مِنْ شَىءٍ فِى
الأَرضِ وَلا فِى السَّماءِ * الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى وَهَبَ لِى عَلى
الكِبَرِ إِسْمعِيلَ وَإِسْحقَ إِنَّ رَبِّى لَسَمِيعُ الدُّعاءِ * رَبِّ
اجْعَلْنِى مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِى رَبَّنا وَتَقَبَّلْ دُعاءِ *
رَبَّنا اغْفِرْ لِى وَلِوالِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الحِسابُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri
ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada
menyembah berhala-berhala. Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah
menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang mengikutiku,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang
mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan
kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang
kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang
ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah
aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami,
perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku
dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).”
5)
Pemilihan Mekah sebagai tempat tinggal nabi Ismail dan Hajar dengan perintah
Allah swt dan nabi Ibrahim rela dengan tempat tinggal tersebut. Namun Mekah
bukanlah tempat subur dan buah dan biji-bijian tidak dapat diproduksi dari
sana. Inilah rahasia kenapa nabi Ibrahim as berdoa pula dan mengatakan:
رَبِّ اجْعَلْ هذا بَلَداً ءامِناً وَارْزُقْ
أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَراتِ مَنْ ءامَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara
mereka kepada Allah dan hari kemudian.”
Allah swt pun memberikan jawaban positif kepada nabi Ibrahim as dan
berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara,
kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat
kembali.”[16]
Imam Baqir as berkata: “Karena efek doa inilah buah-buahan dibawa ke
Mekah dari tempat-tempat lain.”
6) Nabi Ismail as tumbuh dan besar di Mekah, dan nabi Ibrahim as selalu
pulang pergi antara Mekah dan Palestina. Baitullah Ka’bah menjadi rumah ibadah
pertama di muka bumi dan sejak dahulu kala adalah tempat penyembahan Allah swt,
doa dan munajat kepada-Nya. Namun telah lama rusak dan dilalaikan. Nabi Ibrahim
as ditugaskan memperbaharui pembangunan Ka’bah dan merehapnya kembali dengan
perintah Ilahi. Beliau as dengan bantuan nabi Ismail as menjalankan tugas
tersebut. Pondasi-pondasi dan dinding-dindingnya meninggi dan telah siap
menjadi rumah Allah (baitullah) bagi orang-orang yang bertawaf dan beribadah
kepada Allah swt.
Nabi Ibrahim dan Ismail mengangkat tangan berdoa
رَبَّنا تَقَبَّلْ مِنّا
إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ العَلِيمُ * رَبَّنا وَاجْعَلْنا مُسْلِمَيْنِ لَكَ
وَمِنْ ذُرِّيَّتِنا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنا مَناسِكَنا وَتُبْ عَلَيْنا
إِنَّكَ أَنْتَ التَّوّابُ الرَّحِيمُ * رَبَّنا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً
مِنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الكِتابَ وَالحِكْمَةَ
وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيزُ الحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah
kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara
anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada
kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan
kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al
Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan