Qarun adalah nama salah seorang yang telah
dinaskan dalam Al Quran sebagai penghuni neraka karena sikap kesombongannya dan
kebakhilannya.
Qarun adalah nama salah seorang anak paman Nabi
Musa as, yang dikaruniai oleh Allah kekayaan yang melimpah ruah yang tiada
bandingannya. Namun ia tidak mengaku bahwa kekayaan melimpah ruah itu datangnya
dari Allah, akan tetapi kekayaan yang melimpah ruah itu diraihnya berkat usahanya,
kepandaiannya dalam berdagang.
Al-Qur’an menggambarkan bahwa kekayaan Qarun itu
tiada tandingannya, kuncinya gudang-gudang saja tidak seorangpun yang kuat
memikulnya, karena terlalu banyak. Namun malang bagi Qarun, kekayaannnya yang
melimpah ruah itu membuat dirinya sombong, bakhil, kejam serta berbuat zalim
bahkan kufur kepada Allah. Maka dari itulah Qarun termasuk Salah satu orang
yang dinash oleh Allah SWT sebagai Penghuni neraka.
إِنَّ قَارُونَ كَانَ
مِنْ قَوْمِ مُوسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS Al-Qashash, 76)
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS Al-Qashash, 76)
Tentang firman Allah di atas,
para ahli tafsir tradisional menyebutkan bahwa Qarun termasuk salah satu kaum
kerabat Nabi Musa as. Adapula yang berpendapat bahwa ia adalah putra saudara
perempuan Nabi Musa as, ada pula yang berpendapat bahwa ia adalah saudara
lelaki Nabi Musa as. Itulah penafsiran sebagian ahli tafsir tradisional.
Kesimpulannya, meskipun Qarun termasuk kerabat dekat Nabi Musa as, tetapi ia
tidak dapat menerima petunjuk Allah dari Nabi Musa as.
Perlu diketahui bahwa
sebenarnya antara Qarun dan Nabi Musa as tidak ada hubungan kekerabatan apapun,
baik menurut Al-Qur’an maupun menurut hadits-hadits Nabi Saw.. Karena itu, kami
wajib mencari penafsiran yang lain sebagai berikut, sesungguhnya Qarun adalah seorang dari Bani Israil. Karena itu, Al-Qur’an menyebutnya,
۞ إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ
“Sesungguhnya
Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS
Al-Qashash, 76)
Maksudnya, Qarun termasuk
kaum Musa as yang menentang ajaran Nabi Musa as. Ia sama dengan Samiri yang
menentang ajaran Nabi Musa as, meskipun Nabi Musa as sangat peduli dengan mereka
untuk mengajak mereka ke jalan Allah, sehingga Nabi Musa as selalu berusaha
keras untuk mengajak keduanya ke jalan Allah. Tetapi, Qarun tidak dapat
menerima ajaran Nabi Musa as, sehingga ia tidak akan memperoleh kebahagiaan
surga di akhirat kelak.
وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ
بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ
Selanjutnya, firman Allah
tersebut menerangkan, “Dan Kami telah menganugerahkan
kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat.” (QS Al-Qashash, 76)
Telah kami terangkan sejak
pertama bahwa kisah-kisah yang disebutkan oleh Al-Qur’an adalah kisah-kisah
yang pernah terjadi, bukan kisah-kisah bohong atau kisah-kisah yang dibuat
secara berlebihan. Karena itu, kita harus mempercayai kisah Qarun seperti yang
disebutkan oleh Al-Qur’an. Maksudnya, Allah memberinya sejumlah kekayaan yang
berlebihan, sehingga kunci-kuncinya sangat berat untuk dipikul oleh sejumlah
orang-orang yang kuat.
Firman Allah di atas
menunjukkan betapa banyaknya jumlah kekayaan harta Qarun, sehingga
kunci-kuncinya harus dipikul oleh sejumlah orang-orang kuat dan mereka merasa
keberatan untuk memikul kunci-kunci kekayaan harta Qarun. Karena itu, Qarun
bersikap sombong dan sewenang-wenang dengan kekayaannya itu terhadap kaumnya.
Karena itu, Allah menyebutkan bahwa sebagian kaumnya berkata kepadanya, seperti
yang disebutkan dalam firman Allah,
إِذْ
قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Artinya,
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga;
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.”
(QS.Al-Qashash,76)
Akan tetapi, Qarun menjawab
nasihat kaumnya dengan kata-kata yang penuh bongkak, seperti yang disebutkan
dalam firman Allah,
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ
Artinya, Qarun berkata, “Sesungguhnya aku hanya
diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (QS Al-Qashash, 78)
Kecongkakan Qarun tidak hanya
dilakukan oleh Qarun sendiri, tetapi sejarah telah mencatat bahwa orang-orang
terdahulu yang diberi kekayaan atau kekuatan, maka mereka selalu bersikap
seperti Qarun, karena mereka mempunyai watak, tabiat dan perilaku seperti Qarun.
Karena itu, kita sebaiknya hanya membicarakan kisah Qarun saja. Adapun
orang-orang yang ingin diberi kekayaan seperti Qarun, mereka berkata seperti
yang disebutkan dalam firman Allah,
يَا
لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Artinya, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti
apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar.” (QS Al-Qashash, 79)
Tetapi, ketika mereka
menyaksikan Qarun mendapat siksa dari Allah, yaitu ia dibenamkan di dalam bumi,
maka kaumnya yang berharap mendapat kekayaan seperti yang diberikan kepada
Qarun, maka mereka berkata seperti yang disebutkan dalam firman Allah,
وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ
وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ
ۖ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۖ وَيْكَأَنَّهُ لَا
يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Artinya, Dan jadilah orang-orang yang kelmarin
mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata, “Aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita
benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung
orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (QS Al-Qashash, 82)
Maksudnya, karena Qarun
selalu bersikap congkak dengan kekayaannya, maka Allah menghukumnya dengan
hukuman yang sangat berat, yaitu ia dibenamkan ke dalam bumi beserta tempat
tinggal dan seluruh kekayaannya, seperti yang disebutkan oleh Al-Qur’an dalam
firman Allah,
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ
يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
Artinya, “Maka Kami benamkanlah Karun beserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang
dapat) membela (dirinya).” (QS Al-Qashash, 81)
Perlu diketahui bahwa Qarun
mempunyai dua kesalahan,
Pertama, ia merasa sombong, karena ia diberi karunia
harta yang berlimpah ruah, sehingga ia menyepelekan semua orang, bahkan ia
menyepelehkan kemuliaan Allah, sehingga di mata Allah ia termasuk orang-orang
yang tidak akan mendapat pahal surga di akhirat. Sebaliknya, karena ia bersikap
sombong dan sewenang-wenang, maka Allah memberinya hukuman yang setimpal dengan
perbuatannya. Ia dibenamkan beserta rumah dan harta kekayaannya ke dalam perut
bumi, meskipun pada waktu sebelumnya ia merasa bahwa ia akan menikmati kekayaannya
sepanjang masa. Karena itu, Allah membenamkannya ke dalam perut bumi sebagai
siksa baginya. Padahal semestinya segala karunia Allah harus disyukuri
sebanyak-banyaknya dan harus dihormati, karena telah menjadi undangundang Allah
di alam semesta ini bahwa siapapun yang merasa rendah kalbu kepada Allah, maka
Allah akan memberinya kedudukan yang tinggi, tetapi siapapun yang merasa
sombong kepada Allah, maka Allah akan memberinya kedudukan yang paling hina.[1]
Kedua, jika orang-orang kaya jumlahnya sangat banyak di
suatu kaum dan semuanya bersikap sombong dan sewenang-wenang seperti yang
dilakukan oleh Qarun, maka di kalangan masyarakat itu akan timbul perpecahan
dan terputusnya kesatuan dan persatuan di antara mereka, karena di antara
mereka ada yang mempunyai kekayaan yang berlimpah ruah, sehingga tidak
memikirkan orangorang lemah yang mati dalam keadaan lapar, seperti yang terjadi
di masa modern, sehingga masyarakat modern terbagi menjadi dua bahagian, yaitu
kelompok kapitalis yang mempunyai harta berlimpah ruah dan kelompok komunis
yang sangat miskin, dan kedua kelompok ini mempunyai perbedaan dalam gaya
hidupnya masingmasing. Karena itu, Allah sengaja menyebutkan kisah Qarun dan
orang-orang yang sepertinya agar dijadikan pelajaran yang baik bagi orang-orang
yang datang setelah mereka.
Demikian pula, perlu
diketahui bahwa Allah sengaja menyebutkan kisah Qarun agar dijadikan pelajaran
yang baik bahwa orang-orang yang memperhatikan kehidupan dan kesenangan
duniawi, maka mereka akan terperosok dalam kesalahan yang besar, karena semua
kekayaan akan punah, sedang Allah akan memberi kekayaan kepada siapapun yang
dikehendaki-Nya dan Allah dapat juga menarik kekayaan dari siapapun yang
dikehendaki-Nya.
Sebagai kesimpulannya, Qarun
telah memiliki kekayaan emas dan perak yang berlimpah ruah. Ia tidak peduli
darimanakah ia mendapatkan kekayaan itu, apakah dari sumber yang halal ataukah
dari sumber yang haram. Pokoknya, ia mempunyai nafsu serakah, sehingga dalam
waktu singkat ia dapat mengumpulkan harta yang berlimpah ruah yang disimpan di
berbagai tempat yang dikunci rapat, sehingga kunci-kunci tempat-tempat kekayaan
Qarun tidak bisa dipikul, kecuali oleh orang-orang yang kuat.
Kisah di atas mengisyaratkan
bahwa sifat Qarun adalah manusia paling serakah dan kikir atau pelit. Ada
kemungkinan juga ia mengumpulkan harta yang berlimpah ruah itu dari menggali
harta yang tersimpan di bawah tanah milik para penguasa sebelumnya atau boleh
juga ia mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan cara praktek riba. Karena
itu, ia dapat menggunakan sejumlah orang-orang kuat untuk membentengi dirinya
dan kekayaannya dari gangguan orang lain yang merasa hasud terhadap dirinya.
Karena itu, Al-Qur’an menyebutkan bahwa ada sebagian kaumnya yang
menasihatinya,
إِذْ
قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Artinya, (Ingatlah) ketika kaumnya berkata
kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS Al-Qashash, 76)
Qarun mudah mendapat harta
yang berlimpah ruah, ia bersikap tamak dan rakus, sehingga ia lupa kepada
orang-orang lemah yang berada di sekitarnya. Pokoknya, segala sikap yang buruk
itu hanya timbul dari kalbu yang kotor, karena ia meyakini bahwa harta kekayaan
di dunia akan menyebabkan ia bahagia dalam hidupnya sepanjang masa. Padahal,
tidak seorangpun yang merasa senang dengan kehidupan dunia, kecuali jika
kalbunya sudah kotor, karena ia lebih mengutamakan kehidupan dunia dan
kesenangannya daripada kehidupan di akhiratnya, salah satunya adalah Qarun.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan