Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur
panjang dan banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya,
maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَشَعَرْتَ أَنِّي أَعْتَقْتُ
وَلِيدَتِي قَالَ أَوَفَعَلْتِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ
أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ
“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?” Nabi
bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi
bersabda, “Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu
akan lebih besar pahalanya”.
Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian orang yang tidak mau
menyambung silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila kerabat itu mau
menyambungnya. Jika demikian, maka sebenarnya yang dilakukan orang ini bukanlah
silaturahmi, tetapi hanya sebagai balasan. Karena setiap orang yang berakal
tentu berkeinginan untuk membalas setiap kebaikan yang telah diberikan
kepadanya, meskipun dari orang jauh.
Dari Jubair bin Mut’im bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus, ( memutus tali
silaturahmi)”. [Mutafaqun ‘alaihi].
Wahai orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Bertakwalah kepada Allah Azza wa Jalla. Dan marilah kita melihat diri kita
masing-masing, sanak keluarga kita! Sudahkah kita menunaikan kewajiban atas
mereka dengan menyambung tali silaturahmi? Sudahkah kita berlemah lembut
terhadap mereka? Sudahkah kita tersenyum tatkala bertemu dengan mereka?
Sudahkah kita mengunjungi mereka? Sudahkah kita mencintai, memuliakan,
menghormati, saling menunjungi saat sehat, saling menjenguk ketika sakit?
Sudahkah kita membantu memenuhi atau sekedar meringankan yang mereka butuhkan?
Ada sebagian orang tidak suka melihat kedua orang tuanya yang dulu pernah
merawatnya kecuali dengan pandangan yang menghinakan. Dia memuliakan istrinya,
tetapi melecehkan ibunya. Dia berusaha mendekati teman-temannya, akan tetapi
menjahui bapaknya. Apabila duduk dengan kedua orang tuanya, maka seolah-olah ia
sedang duduk di atas bara api. Dia berat apabila harus bersama kedua orang
tuanya. Meski hanya sesaat bersama orang tua, tetapi ia merasa begitu lama. Dia
bertutur kata dengan keduanya, kecuali dengan rasa berat dan malas. Sungguh
jika perbuatannya demikian, berarti ia telah mengharamkan bagi dirinya
kenikmatan berbakti kepada kedua orang tua dan balasannya yang terpuji.
Ada pula manusia yang tidak mau memandang dan menganggap sanak
kerabatanya sebagai keluarga. Dia tidak mau bergaul dengan karib kerabat dengan
sikap yang sepantasnya diberikan sebagai keluarga. Dia tidak mau bertegus sapa
dan melakukan perbuatan yang bisa menjalin hubungan silaturahmi. Begitu pula,
ia tidak mau menggunakan hartanya untuk hal itu. Sehingga ia dalam keadaan
serba kecukupan, sedangkan sanak keluarganya dalam keadaan kekurangan. Dia
tidak mau menyambung hubungan dengan mereka. Padahal, terkadang sanak keluarga
itu termasuk orang-orang yang wajib ia nafkahi karena ketidakmampuannya dalam
berusaha, sedangkan ia mampu untuk menafkahinya. Akan tetapi, tetap saja ia
tidak mau menafkahinya.
Para ahlul-‘ilmi telah berkata, setiap orang yang mempunyai hubungan
waris dengan orang lain, maka ia wajib untuk memberi nafkah kepada mereka
apabila orang lain itu membutuhkan atau lemah dalam mencari penghasilan,
sedangkan ia dalam keadaan mampu. Yaitu sebagaimana yang dilakukan seorang ayah
untuk memberikan nafkah. Maka barang siapa yang bakhil maka ia berdosa dan akan
dihisab pada hari Kiamat.
Oleh karena itu, tetap sambungkanlah tali silaturahmi. Berhati-hatilah
dari memutuskannya. Masing-masing kita akan datang menghadap Allah dengan
membawa pahala bagi orang yang menyambung tali silaturahmi. Atau ia menghadap
dengan membawa dosa bagi orang yang memutus tali silaturahmi. Marilah kita
memohon ampun kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
KEWAJIPAN MENJAGA HUBUNGAN RAHIM
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا-
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. QS. An-Nisa 1
Luas
Rezeki & Panjang Umur
عن
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ – ر البخاري
Dari
Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa yang ingin
diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya (kebaikannya) maka
bersilaturahmilah. (HR. Al-Bukhari)
Masuk Syurga
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ عَلَيْهِ فَكُنْتُ فِيمَنْ
انْجَفَلَ فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ
كَذَّابٍ فَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ يَقُولُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا
الطَّعَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا
الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ- ر احمد و الدرمى
Dari
Abdillah bin Salam ra berkata : Ketika Nabi saw tiba di Madinah, orang berebut
mendekat kepadanya, aku termasuk yang berebut. Tatkala nampak jelas kepadaku
wajahnya, saya tahu bahwa wajahnya bukan wajah pendusta. Dan yang pertama saya
dengar darinya, beliau bersabda : “ Sebarluaskan salam, bersedekahlah dengan
makanan, bersilaturahmilah, dan shalatlah di malam hari saat orang lain lelap
tidur, kamu akan masuk surga dengan selamat.” ( HR. Ahmad dan Ad-Darimi )
Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb
al-Anshârî:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يا رَسُولَ اللَّهِ
أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ
النَّبِيُّ : لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَ
الرَّجُلُ فَقَالَ النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا
أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ : إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ بِهِ دَخَلَ
الْجَنَّةَ
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa
memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau
“Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun
mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan
sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”.
Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia
melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Menyambung Hubungan Yang Terputus
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ
الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan
yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang
yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun
‘alaihi].
Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi dengan kerabat-kerabat
kita, meskipun mereka memutuskannya. Sungguh kita akan mendapatkan balasan yang
baik atas mereka.
Seumpama Menyambung Hubungannya Dengan Allah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ
بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ
اللَّهُ
“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang
menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku,
maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa
menyambung silaturahmi lebih besar pahalanya daripada memerdekakan seorang
budak. Dalam Shahîh al-Bukhâri, dari Maimûnah Ummul-Mukminîn, dia berkata:
Berlaku Baik Walaupun Tidak Dipedulikan
Diriwayatkan, telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ
وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ
وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ فَقَالَ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا
تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا
دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan
mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan
tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan
tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka
pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau
berbuat demikan.” [Muttafaq ‘alaihi].
Berkasih Sayang Kerana Iman
عن
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا
شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا
مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ
بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ
لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا
يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ أَلَا إِنَّ
أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ – ر ابو داود
Dari
Umar Ibnu Khattab ra berkata, bersabda Nabi saw : “ Diantara hamba Allah ada
sekelompok manusia yang bukan para nabi juga bukan para syuhada, malah para
Nabi dan para syuhada tertarik dengan kedudukan mereka dari Allah pada
hari kiamat “ Mereka bertanya : “ Beritahukanlah kepada kami siapa mereka itu ?
“ Beliau menjawab : “ Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai
dasarnya ruh Allah( agama ), bukan karena ada hubungan nasab di antara mereka,
bukan pula terkait harta (bisnis) . Demi Allah Sesungguhnya wajah
mereka bercahaya, dan sesungguhnya mereka ada dalam cahaya. Mereka tidak merasa
takut di saat manusia dihantui rasa takut, dan tidak menyesal ketika manusia
diselimuti penyesalan. Lalu Beliau membaca ayat “ Ketahuilah, bahwa
wali-wali Allah tidak merasa takut dan juga mereka tidak menyesal. “ ( HR.Abu Dawud )
Bersalaman Suatu Cara Sambung Silaturrahim
عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ
يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا –
ر احمد و ابوداود و الترمذي
Dari
Al-Barra berkata, bersabda Rasulullah saw “ Tidak bertemu dua orang muslim
lalu bersalaman, maka pasti diampuni dosa keduanya, sebelum keduanya
berpisah.”( HR Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi ).
قَالَتْ عَائِشَةُ وَاللَّهِ
مَا أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى النِّسَاءِ
قَطُّ إِلَّا بِمَا أَمَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَمَا مَسَّتْ كَفُّ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَّ امْرَأَةٍ قَطُّ وَكَانَ يَقُولُ
لَهُنَّ إِذَا أَخَذَ عَلَيْهِنَّ قَدْ بَايَعْتُكُنَّ كَلَامًا – ر مسلم
Berkata
Aisyah ra : “ Demi Allah Rasulullah saw tidak mengambil ( bai’at ) kepada
wanita kecuali dengan apa yang diperintahkan Allah swt. Dan Tangan Rasulullah
tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali. Dan Beliau bersabda
kepada mereka jika mengambil ( baiat ) atas mereka , Aku telah membai’at kalian
dengan perkataan. “ ( HR. Muslim ).
لان
يطعن فى رأس احدكم بمخيط من حديد خير له من ان يمس امرأة لا تحل له – ر الطبرني عن
معقل ابن يسر
Kepala
seseorang di antara kamu ditusuki dengan jarum dari besi, itu lebih baik
baginya, dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. ( HR. At-Thabrani
dari Ma’qil bin Yasar – Faidul Qadir 5: 329 )
Dibuka Pintu Syurga Hari Isnin & Khamis Untuk
Penyambung Silaturrahim
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ
فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ
بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى
يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى
يَصْطَلِحَا – ر مسلم
Dari
Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Pintu-pintu surga dibukakan
tiap Senin dan Kamis, Allah mengampuni dosa-dosa hamba selama tidak musyrik.
Kecuali orang yang antara dia dengan saudaranya ada kebencian, maka ditangguhkan
kedua orang ini (ampunannya) sampai keduanya damai, tangguhkanlah kedua orang
ini (ampunannya ) sampai keduanya damai.(
HR. Muslim ).
Berbisik-bisik Untuk Menyelesaikan Hal
Silaturrahim
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ
نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ
النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ
أَجْرًا عَظِيمًا
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan
bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah,
maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. ( QS. An-Nisa : 114
)
BALASAN DAN ANCAMAN BAGI YANG MEMUTUSKAN RAHIM
Mendapat Laknat Allah
Begitu pula firman Allah Ta’ala:
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ
مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي
الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan
memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan
kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka
tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [ar-Ra’d/13:25].
Allah berfirman
هَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” Surah Muhammad 22-23
Tidak Masuk Syurga
عن
جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ َخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ – ر البخاري و مسلم
Dari
Jubair bin Muth’im ra, Ia mendengar Nabi saw bersabda :” Tidak akan masuk surga
orang yang memutus silaturahmi “ (HR.
Al-Bukhari & Muslim)
Salah Satu Dari Dosa Besar
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ خَمْسٍ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلَا مُؤْمِنٌ
بِسِحْرٍ وَلَا قَاطِعُ رَحِمٍ وَلَا كَاهِنٌ وَلَا مَنَّانٌ – راحمد
Dari
Abi Sa’id Al-Khudri ra berkata, bersabda Rasulullah saw : “ Tidak akan masuk
surga pemilik lima hal : Peminum arak tegar, Orang yang percaya sihir,
Pemutus silaturahmi, dukun, dan yang suka mengungkit-ungkit kebaikan.” (
HR. Ahmad )
Doa Tidak Dihiraukan
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو اللَّهَ بِدُعَاءٍ إِلَّا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِمَّا أَنْ
يُعَجَّلَ لَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِمَّا أَنْ يُدَّخَرَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ
وَإِمَّا أَنْ يُكَفَّرَ عَنْهُ مِنْ ذُنُوبِهِ بِقَدْرِ مَا دَعَا مَا لَمْ
يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ أَوْ يَسْتَعْجِلْ قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْجِلُ قَالَ يَقُولُ دَعَوْتُ رَبِّي فَمَا اسْتَجَابَ
لِي – ر الترمذي
Dari
Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw : Tak ada seorangpun berdo’a
kepada Allah dengan suatu do’a kecuali pasti diijabah, apakah dipenuhinya di
dunia atau ditabung di khirat, atau diampuni dosa-dosa sesuai dengan
permohonannya, selama ia tidak cenderung kepada dosa, atau memutus silaturahmi,
atau terburu-buru. “Mereka bertanya : “ Ya Rasulullah, yang dimaksud
terburu-buru itu bagaimana ? “ Beliau menjawab : “ Dia berkata aku sudah
berdo’a kepada Tuhanku tapi tidak dipenuhi juga. “ (HR.
At-Tirmidzi)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal:
[1] Allah akan segera mengabulkan do’anya,
[2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan
[3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.”
Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata,” Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian”.” (HR. Ahmad)
Dipercepatkan Balasan Di Dunia
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi)
Dosa Besar
Memutus tali silaturahmi yang paling besar, yaitu memutus hubungan dengan
orang tua, kemudian dengan kerabat terdekat, dan kerabat terdekat selanjutnya.
Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلاَثَ
مَرَّاتٍ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ
وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
”Maukah kalian aku beritahu tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa
besar?” Beliau mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Maka para sahabat
menjawab: ”Mau, ya Rasulullah,” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”.
Demikianlah, betapa besar dosa seseorang yang durhaka kepada orang tua. Dosa
itu disebutkan setelah dosa syirik kepada Allah Ta’ala. Termasuk perbuatan
durhaka kepada kedua orang tua, yaitu tidak mau berbuat baik kepada keduanya.
Lebih parah lagi jika disertai dengan menyakiti dan memusuhi keduanya, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam shahîhain, dari ‘Abdullah bin ‘Amr, sesungguhnya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَهَلْ يَشْتِمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ نَعَمْ
يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ
”Termasuk perbuatan dosa besar, yaitu seseorang yang menghina orang
tuanya,” maka para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah orang yang
menghina kedua orang tuanya sendiri?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: ”Ya, seseorang menghina bapak orang lain, lalu orang lain ini
membalas menghina bapaknya. Dan seseorang menghina ibu orang lain, lalu orang
lain ini membalas dengan menghina ibunya”.
ANAK YANG LANGGAR PERINTAH ALLAH BUKAN KELUARGA
KITA
وَهِيَ
تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي
مَعْزِلٍ يَابُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ ؛
قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ
مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ
مِنَ الْمُغْرَقِينَ ؛ وَقِيلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا وَقِيلَ
يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ
الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ
الظَّالِمِينَ ؛ وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ
أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِين َ؛
قَالَ يَانُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا
تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ
الْجَاهِلِين ؛ هود : 42-46
Dan
bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh
memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai
anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama
orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke
gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang
melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”.
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu
termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan
hai langit (hujan) berhentilah,” Dan airpun disurutkan, perintahpun
diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan:
“Binasalah orang-orang yang zalim.” Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil
berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan
sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya.” Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk
keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya)
perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu
yang kamu tidak mengetahui (hakekat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan
kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (
QS. Hud : 42-46 )
Tiada ulasan:
Catat Ulasan