PENDAHULUAN
Berbuat baik terhadap
diri sendiri dan sesama makhluk menjadi perkara yang sangat dicintai Allah SWT.
Hal inilah yang nantinya menjadi bekal di hari akhir untuk bisa mencapai surga
abadi yang dijanjikan. Namun kurangnya pengetahuan dan iman, membuat manusia
justru tanpa sadar melakukan hal yang dibenci oleh Allah. Kosongnya ilmu dari
dalam diri menyeret hanyut kepada perkara-perkara yang seharusnya senantiasa
dihindari.
Ada sepuluh hal yang
sangat dibenci Allah SWT dan tidak seharusnya manusia terjerat di dalam
perangkap tersebut. Beberapa perkara diantaranya ada yang disadari, namun ada
sebagian perkara yang dianggap sebagai kesalahan kecil biasa. Misalnya seperti
sifat malas para pemuda, sifat tentara
perang yang takut terhadap lawan, bahkan para ahli ibadah namun menyombongkan
ketaatannya juga tidak luput dari kebencian Allah tersebut. Berikut ini 10 hal
yang dibenci Allah SWT dan bisa menjadi pengetahuan bagi anda.
📬 1. SIFAT KIKIR PADA
ORANG KAYA
Kikir atau kedekut
merupakan penyakit hati yang timbul karena manusia terlalu cinta pada harta
sehingga tidak mau bersedekah. Hal ini merupakan perkara yang dibenci Allah SWT
terlebih jika dilakukan oleh orang kaya.
Firman Allah Ta’ala
اعْلَمُوا أَنَّمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ
الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانٌ ۚ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu (Al-Hadid Ayat 20)
Harta yang dimiliki
seharusnya dimanfaatkan di jalan Allah atau disedekahkan. Bukan hanya untuk disimpan dan enggan
membantu sesama manusia yang memerlukan. Allah SWT memperingatkan umat manusia
agar tidak kikir terhadap harta yang telah Dia berikan. Allah juga
memberikan ancaman bagi manusia yang
kikir dan bakhil terhadap harta yang mereka miliki seperti dalam surat Ali
‘Imran 180.
وَلَا يَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ
ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ
Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan (Ali Imran 180)
Firman Allah Ta’ala :
فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ
فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ
Maka setelah Allah
memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan
karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu
membelakangi (kebenaran) at Taubah : 76)
Imam al-Bukhari dan
Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ
يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا:
اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ
مُمْسِكًا تَلَفًا.
‘Tidak satu hari pun
dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah
satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti [1] bagi orang yang
berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah [2]harta
orang yang kikir.'”
Al-Malla ‘Ali
al-Qari berkata di dalam syarah hadits ini, “Yang dimaksud dengan ‘kikir’ di
sini adalah enggan memberikan kebaikan atau harta bagi yang lainnya.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar
rahimahullah berkata, “Adapun do’a dengan dihancurkan mempunyai makna bahwa
harta itu sendiri yang hancur atau pemilik harta tersebut, maksudnya adalah
hilangnya kebaikan karena sibuk dengan yang lainnya.”
Para Imam, yaitu
Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan dari Abud Darda’
Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ
قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ
اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمُّوْا إِلَى
رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى وَلاَ آبَتْ
شَمْسٌ قَطٌّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ
أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
وَأَعْطِ مُمْسِكًا مَالاً تَلَفًا.
“Tidaklah matahari
terbit kecuali diutus di dua sisinya dua Malaikat yang berseru. Semua penduduk
bumi mendengarkannya kecuali jin dan manusia, mereka berdua berkata, ‘Wahai
manusia menghadaplah kalian kepada Rabb kalian, karena yang sedikit dan cukup
itu tentu lebih baik daripada yang banyak tetapi dipakai untuk foya-foya, dan
tidaklah matahari terbenam kecuali diutus di antara dua sisinya dua Malaikat
yang berseru, semua penduduk bumi mendengarkannya kecuali jin dan manusia,
mereka berdua berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan
hancurkanlah harta orang yang kedekut.’
📬 2. SIFAT TAKABBUR
PADA ORANG MISKIN
Takabbur merupakan
sikap sombong dan menganggap diri lebih dibanding dengan orang lain. Dalam kes
orang miskin yang memiliki sifat takabbur, memang menjadi sebuah penyakit yang
sulit dimengertikan. Tidak dapat difahami kenapa sifat ini boleh dimiliki
dengan kondisi yang minima harta orang masih boleh menyombongkan diri terhadap
orang lain. Padahal orang kaya berharta saja yang memiliki kekayaan dan harta
berlimpah tidak boleh menyombongkan diri kepada siapa saja. Sebenarnya hanya
Allah SWT yang boleh memiliki sifat ini karena Dia memiliki segalanya.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ
وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ
وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (An-Nisaa’ : 36).
Dalam sebuah hadis
Qudsi, Allah berfirman :
أحب ثلاثاً وحبي لثلاث
أشد : أحب الغني السحي .. وحبي
للفقير السحي أشد.وأحب الفقير المتواضع .. وحبي للغني المتواضع أشد,وأحب الشيخ
الطائع .. وحبي للشاب الطائع أشد.
Allah mencintai tiga perkara dan sangat mencintai kepada tiga hal yang lain. Mereka berjumlah enam
orang yang Kami bagi menjadi dua kelompok.
1) Aku mencintai orang fakir yang rendah
hati, sedangkan Aku sangat mencintai
orang kaya yang rendah hati, karena ia
punya alasan untuk berlaku sombong, tapi ia tetap rendah hati .
2) Aku mencintai orang kaya yang
dermawan, sedangkan Aku lebih mencintai orang miskin yang dermawan.
3) Aku mencintai orang yang sudah tua
tapi taat, sedangkan Aku lebih mencintai orang muda yang taat.
Dan Aku membenci tiga perkara dan
kebencian-Ku kepada 3 perkara lainnya sangat kuat.
1) Aku benci orang kaya yang sombong tapi
Aku lebih benci kepada orang miskin yang sombong.
2) Aku benci orang fakir yang bakhil,
tapi Aku lebih benci lagi kepada orang kaya yang bakhil.
3) Aku benci pemuda yang durhaka
(ma’siat), tapi Aku lebih benci lagi kepada orang yang sudah tua yang maksiat.
(Hadits Qudsi dalam Tafsir al-Sya’rowi )
Abu Hurairah r.a berkata
Bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Ada tiga orang yang tidak akan diajak
bicara oleh Allah pada hari kiamat dan mereka tidak akan disucikan Allah ,
yaitu
– Orang tua renta pezina
– Pemimpin yang berdusta, dan
– Orang miskin yang sombong.”
(HR Muslim)
📭 3. SIFAT RAKUS ALIM
ULAMA TERHADAP DUNIA
Kebencian Allah SWT
juga tidak luput dari para ulama yang menjadi perantara dalam menyampaikan
kebaikan. Namun hanya kepada ulama yang rakus terhadap kehidupan dunia. Ulama
sebagai penyeru akhlak hendaknya menyadari bahwa dirinya sentiasa diperhatikan,
oleh ramai orang.
Sabda Rasulullah
sollahu alaihi wasallam :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا
يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ
وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ
الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ
فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ
الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ
وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا
دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Abu Ad Darda
berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
mempermudahnya jalan ke syurga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya
sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf
oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan
serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama
atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa
mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.
Sebagai pewaris para
Nabi sudah sepantasnya mereka tidak terlalu berpikir mewariskan dunia pada
anak-anaknya namun yang dia pikirkan bagaimana mewariskan ilmu pada
generasinya.
Sifat rakus demi
dunia ini menyebabkan seorang ulama akan jauh dari perburuan pada akhirat dan
melemahkan ummat. Para ulama yang mencintai semua hal yang bersifat dunia akan
dipastikan kehilangan karisma dan martabat keulamaannya. Mereka biasa mendapat
julukan sebagai ulama dunia atau ulama suu’ yang artinya ulama buruk.
وﻳْﻞٌ ِﻷُﻣَّﺘِﻲْ ﻣِﻦْ
ﻋُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀِ ﻳَﺘَّﺨِﺬُﻭْﻥَ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺗِﺠَﺎﺭَﺓً ﻳَﺒِﻴْﻌُﻮْﻧَﻬَﺎ
ﻣِﻦْ ﺃُﻣَﺮَﺍﺀِ ﺯَﻣَﺎﻧِﻬِﻢْ ﺭِﺑْﺤﺎً ِﻟﻸَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﻻَ ﺃَﺭْﺑَﺢَ ﺍﻟﻠﻪُ
ﺗِﺠَﺎﺭَﺗَﻬُﻢْ
“Celakalah bagi
ummatku dari ulama buruk yang menjadikan agama ini sebagai komoditas, yang
mereka jual pada para penguasa mereka di zamannya demi meraup keuntungan untuk
diri mereka sendiri. Allah pasti tidak akan menjadikan bisnis mereka memperoleh
keuntungan “ (HR. Hakim).
Sayidina Anas ra
juga meriwayatkan:
ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ ﺃَﻣَﻨَﺎﺀُ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞِ
ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﺨَﺎﻟِﻄُﻮْﺍ ﺍﻟﺴُّﻠْﻄَﺎﻥَ ﻭَ ﻳُﺪَﺍﺧِﻠُﻮْﺍ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﺎِﺫَﺍ ﺧَﺎﻟَﻄُﻮْﺍ
ﺍﻟﺴُّﻠْﻄَﺎﻥَ ﻭَ ﺩَﺍﺧَﻠُﻮْﺍ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺧَﺎﻧُﻮْﺍ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞَ ﻓَﺎﺣْﺬَﺭُﻭْﻫُﻢْ
ﻭَﻓِﻲْ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔٍ ﻟِﻠْﺤَﺎﻛِﻢِ ﻓَﺎﻋْﺘَﺰِﻟُﻮْﻫُﻢْ
Ulama adalah
kepercayaan para rasul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan tidak
asyik dengan dunia. Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik dengan dunia
maka mereka telah mengkhianati para rasul. Karena itu, jauhilah mereka. (HR
al-Hakim)
ﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ: ﺇﻥ
ﺃﺧﻮﻑ ﻣﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﺍﻟﻌﻠﻴﻢ. ﻗﺎﻟﻮﺍ: ﻭﻛﻴﻒ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻨﺎﻓﻘﺎً ﻋﻠﻴﻤﺎً؟ ﻗﺎﻝ
: ﻋﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﺟﺎﻫﻞ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ .
Sayyidina Umar Bin
Khoththob ra berkata “Sesungguhnya paling mengkhawatirkannya yang dari umat ini
adalah para munafiq yang berilmu”
Para sahabat
bertanya “Bagaimana orang munafiq tapi ia alim?” Sayyidina Umar menjawab
“Mereka alim dalam lisannya tapi tidak dalam hati dan amaliahnya”
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠَّﻢَ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻣِﻤَّﺎ
ﻳُﺒْﺘَﻐَﻰ ﺑِﻪِ ﻭَﺟْﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻻَ ﻳَﺘَﻌَﻠَّﻤُﻪُ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴُﺼِﻴﺐَ ﺑِﻪِ
ﻋَﺮَﺿًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺠِﺪْ ﻋَﺮْﻑَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
“Barangsiapa yang
mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah
Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka
dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664,
Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338)
Rasulullah saw.
bersabda:
« ﺃَﻻَ
ﺇِﻥَّ ﺷَﺮَّ ﺍﻟﺸَّﺮِّ ﺷِﺮَﺍﺭُ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺇِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﺧِﻴَﺎﺭُ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ »
Ingatlah,
sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah
kebaikan ulama. (HR ad-Darimi) .
Abu Hurairah ra.
menuturkan hadis:
ﻣَﻦْ ﺃَﻛَﻞَ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻃَﻤَﺲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ( ﺃَﻭْ
ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻓﻲِْ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻠَﻤِﻲْ) ﻭَﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﺃَﻭْﻟَﻰ ﺑِﻪِ
Siapa yang makan
dengan (memperalat) ilmu, Allah MEMBUTAKAN KEDUA MATANYA (atau wajahnya di
dalam riwayat ad-Dailami), dan neraka lebih layak untuknya. (HR Abu Nu‘aim dan
ad-Dailami) .
(حديث
موقوف) حَدَّثَنَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَلِيفَةَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَيُّوبَ
السَّقَطِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْوَلِيدِ الْقَاضِي ، قَالَ :
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دُكَيْنٍ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ
، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، قَالَ : قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ : "
يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لا يَبْقَى
مِنَ الإِسْلامِ إِلا اسْمُهُ , وَلا يَبْقَى مِنَ الْقُرْآنِ إِلا رَسْمُهُ ,
مَسَاجِدُهُمْ يَوْمَئِذٍ عَامِرَةٌ , وَهِيَ خَرَابٌ مِنَ الْهُدَى ,
عُلَمَاؤُهُمْ شَرُّ مَنْ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ , مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ
الْفِتْنَةُ , وَفِيهِمْ تَعُودُ
Akan datang pada
manusia satu zaman,dikala itu islam tidak tinggal melainkan namanya, dan
al-qur’an tidak tinggal melainkan tulisannya, masjid-masjidnya bagus namun
kosong dari petunjuk,ulama-ulamanya termasuk manusia paling jelek yang berada
di bawah naungan langit, karena dari mereka timbul fitnah dan akan kembali
kepadanya (Riwayat Baihaqi dari Ali)
📭 4. SEDIKIT SIFAT MALU
PADA PEREMPUAN
Definisi malu
menurut ulama, seperti Al Junaid menyatakan, ”Karena melihat berbagai macam
karunia dan melihat keterbatasan diri sendiri, maka di antara keduanya muncul
suatu keadaan yang disebut malu. Hakikatnya adalah akhlak yang mendorong untuk
meninggalkan keburukan dan mencegah pengabaian dalam memenuhi hak Allah swt.” –
dari kitab Madarijus Salikin karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah.
Secara fitrah wanita
perlu memiliki perasaan malu yang luar biasa. Hal ini akan tercermin dari cara
mereka berbicara, memandang, serta kelembutan-kelembutan yang terefleksi dari
perilaku mereka yang senantiasa berhiaskan rasa malu.
Maka bagi wanita
yang sedikit rasa malunya, maka Allah SWT akan membencinya. Misalnya tiada rasa
malu memperlihatkan auratnya di hadapan lelaki yang bukan mahramnya. Malu
adalah mahkota seorang wanita, dan kehilangan rasa malu sama dengan kehilangan
mahkotanya. Maka jangan hairan jika Allah murka karena maksiat mereka.
Sabda Baginda
sollahu alaihi wasallam :
عَنْ سَالِمِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - مَرَّ
عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِى الْحَيَاءِ ، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ
الإِيمَانِ
Dari Salim bin
Abdullah, dari ayahnya, ia berkata, "Rasulullah SAW lewat di hadapan
seorang Ansar yang sedang mencela saudaranya karena saudaranya pemalu. Maka
Rasulullah SAW bersabda, 'Biarkan dia! Sesungguhnya malu itu sebagian dari
iman.'"
Dari Abu Hurairah
berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Dan rasa malu adalah sebagian dari iman.”
(HR. Muttafaq ‘alaih)
عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ
عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ
مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Dari Abu Mas’ud
Al-Badri r.a berkata bahwa Rasul bersabda: “Sesungguhnya diantara kata-kata
kenabian terdahulu yang masih teringat oleh masyarakat adalah: ‘Jika kamu sudah
tidak memiliki rasa malu maka kamu akan berbuat semaumu’.” (HR. Al-Bukhari)
الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي
إِلَّا بِخَيْرٍ
Dari Imran bin
Husain r.a berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik.”
(HR. Muslim)
Ada tiga jenis sifat
malu, iaitu:
1. Malu yang
bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau
wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.
2. Malu yang
bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat
karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).
3. Malu yang muncul
dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti
telanjang di hadapan orang banyak.
Karena itu,
beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang
menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan
melihat aib dan cela pada dirinya.”
عن أبي هريرة رضي الله
عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
الإيمان بضع وسبعون أو
بضع وستون شعبة، فأفضلها قول لا إله إلا الله وأدناها إماطة الأذى عن الطريق،
والحياء شعبة من الإيمان
Bahkan, Rasulullah
saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a.
berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang.
Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.”
(HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)
.... bersambung
Tiada ulasan:
Catat Ulasan