TANGISAN
SUATU BUKTI IMAN
Bimbang Dengan Dosa-dosa
Setiap mukmin mesti rasa
takut dengan dosa-dosa yang boleh menjerumuskan dirinya ke lembah api neraka.
Beginilah ciri seorang yang beriman (mukmin) sebagaimana sabda Nabi Muhammad
Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ
كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ
الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ » . فَقَالَ بِهِ
هَكَذَ
“Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat
dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung
itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya
seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan
tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”.
TANGISAN
MENDENGAR BACAAN AL QURAN
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ – سورة الأنفال 2
Sesungguhnya orang beriman
ialah yang gementar jiwanya bila disebut nama Allah, juga yang bertambah
imannya bila dibaca akan ayat-ayat Al Quran, kepada Tuhan mereka bertawakkal.
RASULULLAH
SOLLAHU ALAIHI WASALLAM KETIKA MENDENGAR BACAAN AL QURAN
Rasulullah Menangis Bila
Mendengar Bacaan Ayat Dari Orang Lain Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu
berkata
, قال
لي النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : ” اقْرَأْ علَّي القُرآنَ ” قلتُ : يا
رسُولَ اللَّه ، أَقْرَأُ عَلَيْكَ ، وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ ؟ ، قالَ : ” إِني
أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي ” فقرَأْتُ عليه سورَةَ النِّساء ، حتى
جِئْتُ إلى هذِهِ الآية : { فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّة بِشَهيد
وِجئْنا بِكَ عَلى هَؤلاءِ شَهِيداً } [ النساء / 40 ] قال ” حَسْبُكَ الآن ”
فَالْتَفَتَّ إِليْهِ ، فَإِذَا عِيْناهُ تَذْرِفانِ) “
Suatu ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka
kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an
kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau
menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.”
Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika
aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami
datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas
mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini
saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau
mengalirkan air mata.”
TANGISAN UBAI BIN KAAB
Kerana Allah menyuruh Rasulullah saw membaca
ayat kepadanya
قال أنس رضي الله عنه : قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم لأُبيّ بن كعب : إن الله أمرني أن أقرأ عليك (لَمْ
يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا) قال : وسماني لك ؟ قال : نعم . قال : فبكى ! رواه
البخاري ومسلم .
وفي رواية : أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لأُبيّ : إن الله عز وجل أمرني أن أقرأ عليك . قال : آلله سمّاني لك ؟ قال : الله سمّاك لي . فَجَعَلَ أُبيّ يبكي .
وفي رواية : أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لأُبيّ : إن الله عز وجل أمرني أن أقرأ عليك . قال : آلله سمّاني لك ؟ قال : الله سمّاك لي . فَجَعَلَ أُبيّ يبكي .
Anas radhiyallahu ‘anhu
berkata, Rasulullah telah bersabda pada Ubay bin Ka’ab, “Allah telah menyuruh
aku membacakan surat Lam Yakunil ladzina (Al Bayyinah) kepadamu. Ubay
radhiyallahu ‘anhu bertanya, “Apakah Allah menyebut namaku, ya Rasulullah?”
Nabi menjawab “Iya. Namamu dan nama bapakmu.” Maka menangislah Ubay bin Ka’ab
radhiyallahu ‘anhu. (HR. Bukhari Muslim).
TANGISAN SOHABIYYAH UMMU AIMAN
TANGISAN SOHABIYYAH UMMU AIMAN
Setelah Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam wafat, Abu Bakar berkata kepada Umar:
“Mari kita mengunjungi Ummu Aiman seperti yang biasa dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam semasa hidup.”
Ketika mereka datang ia
pun menangis, mereka berdua bertanya, “Apa yang membuatmu menangis? Apa yang
ada di sisi Allah, lebih baik bagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.”
Ia menjawab sembari terus menangis, “Saya menangis bukan
karena tidak tahu bahwa apa yang disediakan Allah untuk Rasul-Nya jauh lebih
baik tetapi aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit.” Sehingga Abu
Bakar dan Umar pun ikut menangis.
KISAH
RAYUAN NABI YUNUS DARI DALAM IKAN NUN
وَإِنَّ
يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
إِذْ أَبَقَ
إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ
فَسَاهَمَ
فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ
فَالْتَقَمَهُ
الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ
فَلَوْلا
أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ
لَلَبِثَ فِي
بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
فَنَبَذْنَاهُ
بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ
Artinya:
139.
Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul,
140.
(ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan,
141.
kemudian ia ikut berundi lalu Dia Termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.
142.
Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam Keadaan tercela.
143.
Maka kalau Sekiranya Dia tidak Termasuk orang-orang yang banyak mengingat
Allah,
144.
niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.
145.
kemudian Kami lemparkan Dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam Keadaan
sakit.
Surah As Sofaat.
TANGISAN
USMAN BIN AFFAN KETIKA DI KUBUR
Dari Haani’ Maula Ustman
radhiallahu ‘anhu berkata,
كان عثمان إذا وقف على قبر ؛ بكى حتى يبل
لحيته ! فقيل له : تذكر الجنة والنار فلا تبكي ، وتبكي من هذا ؟! فقال إن رسول
الله صلى الله عليه وسلم قال : ” إن القبر أول منزل من منازل الآخرة ، فإن نجا منه
، فما بعده أيسر منه ، وإن لم ينج منه ؛ فما بعده أشد منه “
Utsman jika berada di suatu
kuburan, ia menangis sampai membasahi jenggotnya. Dikatakan kepadanya,
“disebutkan surga dan neraka engkau tidak menangis, tetapi engkau menangis
karena ini?”. Beliau berkata, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “sesungguhnya kubur adalah tempat persinggahan pertama dari
beberapa persingggahan di akhirat, jika ia selamat maka ia dimudahkan, jika
tidak selamat maka tidaklah datang setelahnya kecuali lebih berat.”[2]
TANGISAN TABIIN UMAR BIN ABDUL AZIZ
TANGISAN TABIIN UMAR BIN ABDUL AZIZ
Ketika Umar bin Abdul Aziz
diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Umayyah, hari Jum’at tanggal 10
Shafar tahun 99 Hijriyah, menggantikan khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Abdul
Malik, Sang Khalifah menangis terisak-isak. Ia memasukkan kepalanya ke dalam
dua lututnya dan menangis sesunggukan.
Sang Khalifah berkata kepada istri dan anaknya,
“Aku termenung dan terpaku memikirkan nasib para fakir miskin yang sedang
kelaparan dan tidak mendapat perhatian dari pemimpinnya. Aku juga memikirkan
orang-orang sakit yang tidak mendapati obat yang memadai. Hal yang sama
terpikir olehku tentang orang-orang yang tidak mampu membeli pakaian,
orang-orang yang selama ini dizalimi dan tidak ada yang membela, mereka yang
mempunyai keluarga yang ramai dan hanya memiliki sedikit harta, orang-orang tua
yang tidak berdaya, orang-orang yang menderita dipelosok negeri ini, dan lain
sebagainya.” Lalu membaca firman Allah Ta’ala :
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
dalam surat Yunus (10) ayat 15,
إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya
aku benar-benar takut akan adzab hari yang besar (kiamat) jika mendurhakai
Tuhanku.
MIKAIL
TIDAK PERNAH KETAWA
Mikail Tidak Pernah Ketawa Sejak Diciptakan Neraka Dari Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwasanya
malaikat Jibril berkata,
ما لي لا أرى ميكائيل ضاحكاً قط ؟ ” قال : ما ضحك ميكائيل منذ
خلقت النار
aku tidak pernah melihat Mikail tertawa sedikitpun, Mikail tidak pernah
tertawa sejak diciptakan neraka”.
MALAIKAT IZRAEL MENANGIS & KETAWA
Kematian merupakan rahasia ilahi dan tidak ada
satu pun manusia yang dapat mengetahuinya. Tidak dapat dipastikan tibanya
kapan, penyebabnya pun terkadang adalah sesuatu yang tidak terduga sebelumnya.
Bahkan ada orang yang awalnya sehat, semenit kemudian bisa meninggal jika sudah
ajalnya.
Dalam kitab Tadzkirah karangan imam Qurthubi dijelaskan, rahasia Allah SWT terhadap ajal ini telah membuat Malaikat Izrail menangis dan tertawa saat akan mencabut nyawa. Ia menyaksikan bagaimana manusia dengan percaya diri akan menyambut hari esok, tanpa mengetahui bahwa esok adalah hari kematiannya.
Dalam kitab Tadzkirah karangan imam Qurthubi dijelaskan, rahasia Allah SWT terhadap ajal ini telah membuat Malaikat Izrail menangis dan tertawa saat akan mencabut nyawa. Ia menyaksikan bagaimana manusia dengan percaya diri akan menyambut hari esok, tanpa mengetahui bahwa esok adalah hari kematiannya.
Kisah
ini dijelaskan dalam kitab Tadzkirah karangan imam Qurthubi. Ia merupakan ahli
tafsir terkemuka di kalangan Ahlussunnah.
ALLAH
swt. bertanya kepada malaikat maut: “Apakah kamu pernah menangis ketika kamu
mencabut nyawa anak cucu Adam?”
Maka
Malaikat pun menjawab: “Aku pernah tertawa, pernah juga menangis, dan pernah
juga terkejut dan tergamam.”
“Apa yang membuatmu tertawa?”
“Ketika aku bersiap-siap untuk mencabut nyawa
seseorang, aku melihatnya berkata kepada pembuat kasut, ‘Buatlah sepasang kasut
sebaik mungkin supaya boleh ku pakai selama setahun’,”.
“Aku tertawa karena belum sempat orang
tersebut memakai sepatu dia sudah kucabut nyawanya.”
Allah swt. lalu bertanya: “Apa yang membuatmu menangis?”
Allah swt. lalu bertanya: “Apa yang membuatmu menangis?”
Maka
malaikat menjawab:
“Aku menangis ketika hendak mencabut nyawa seorang wanita
hamil di tengah padang pasir yang tandus, dan hendak melahirkan. Maka aku
menunggunya sampai bayinya lahir di gurun tersebut. Lantas kucabut nyawa wanita
itu sambil menangis karena mendengar tangisan bayi tersebut karena tidak ada
seorang pun yang mengetahui hal itu.”
“Lalu apa yang membuatmu terkejut dan kaget?”
Malaikat
menjawab: “Aku terkejut dan tergamam ketika hendak mencabut nyawa salah seorang
ulamaMu. Aku melihat cahaya terang benderang keluar dari bliknya, setiap
kali Aku mendekatinya cahaya itu semakin menyilaukanku seolah ingin mengusirku,
lalu kucabut nyawanya disertai cahaya tersebut.”
Allah swt bertanya lagi: “Apakah kamu tahu siapa lelaki itu?
Allah swt bertanya lagi: “Apakah kamu tahu siapa lelaki itu?
“Tidak tahu, ya Allah.”
“Sesungguhnya lelaki itu adalah bayi dari ibu
yang kau cabut nyawanya di gurun pasir gersang itu, Akulah yang menjaganya dan
tidak membiarkannya.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan