Wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Kepada Abu Dzar Al-Ghifari
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh imam-imam ahlul-hadits, di antaranya:
1. Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/159).
2. Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul-Kabîr (II/156, no. 1649), dan lafazh hadits ini miliknya.
3. Imam Ibnu Hibban dalam Shahîh-nya (no. 2041-al-Mawârid).
4. Imam Abu Nu’aim dalam Hilyatu- Auliyâ` (I/214, no. 521).
5. Imam al-Baihaqi dalam as-Sunanul-Kubra (X/91).
Dishahîhkan oleh Syaikh al-‘Allamah al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albâni rahimahullah dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 2166).
Abu Dzar Al Ghifari...
Antara nasihat beliau :
Terkandung 7 Wasiat penting Nabi pada Abu Dzar Al Ghifari…
Tujuh Wasiat Nabi saw
عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، قَالَ : أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ :
Abu Dzar radiallahu ‘anhu berkata: Kekasih ku sallallahu ‘alaihi wasallam mengarahkan aku melakukan tujuh perkara:
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
✔ Kemiskinan
أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ ، وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ ، ،
(1) Baginda menyuruh aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,
Doa Rasulullah
اللهم احيني مسكينا وأمتني مسكينا واحشرني في زمرة المساكن
قال الترمذي حسن غريب
ضعفه ابن كثير
1. Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). Lalu aku menjenguk ke neraka dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Orang-orang fakir-miskin akan memasuki surga lima ratus tahun[1] sebelum orang-orang kaya memasukinya. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
3. Kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat. (HR. Ath-Thabrani dan Asysyihaab)
4. Balasan amal dari seorang miskin terhadap orang kaya ialah kesetiaan (keikhlasan) dan doa. (HR. Abu Dawud)
5. Kasihanilah tiga golongan orang yaitu orang kaya dalam kaumnya lalu melarat, seorang yang semula mulia (terhormat dalam kaumnya) lalu terhina, dan seorang 'alim yang dipermainkan (diperolok-olok) oleh orang-orang yang dungu dan jahil. (HR. Asysyihaab)
6. Hampir saja kemiskinan (kemiskinan jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran. (HR. Ath-Thabrani
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
✔ Melihat Orang Bawah
وَأَمَرَنِي أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي ، وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي
(2) baginda menyuruh aku untuk melihat orang di bawah ku, dan tidak melihat orang di atas ku,
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
l Qurtubhi mengatakan, “Berlomba-lombalah di dunia dalam melakukan amalan shalih.” (At Tadzkiroh Lil Qurtubhi, hal. 578)
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala juga berfirman,
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS. Al Ma’idah: 48)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133)
Inilah yang dilakukan oleh para salafush sholeh, mereka selalu berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana dapat dilihat dari perkataan mereka berikut ini yang disebutkan oleh Ibnu Rojab –rahimahullah-. Berikut sebagian perkatan mereka.
Al Hasan Al Bashri mengatakan,
إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة
“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.”
Wahib bin Al Warid mengatakan,
إن استطعت أن لا يسبقك إلى الله أحد فافعل
“Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridho Allah, lakukanlah.”
Sebagian salaf mengatakan,
لو أن رجلا سمع بأحد أطوع لله منه كان ينبغي له أن يحزنه ذلك
“Seandainya seseorang mendengar ada orang lain yang lebih taat pada Allah dari dirinya, sudah selayaknya dia sedih karena dia telah diungguli dalam perkara ketaatan.” (Latho-if Ma’arif, hal. 268)
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
✔ Silaturrahim
وَأَمَرَنِي أَنْ أَصِلَ الرَّحِمَ وَإِنْ أَدْبَرَتْ ،
(3) baginda menyuruh aku menyambung hubungan silaturahim walau mereka telah bersikap buruk kepada ku,
Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur panjang dan banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ
“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi
Diriwayatkan, telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ فَقَالَ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat demikan.” [Muttafaq ‘alaihi].
Begitu pula firman Allah Ta’ala:
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [ar-Ra’d/13:25
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
✔ Jangan Meminta2
وَأَمَرَنِي أَنْ لاَ أَسْأَلَ أَحَدًا شَيْئًا ،
(4) baginda menyuruh aku untuk tidak meminta apa-apa daripada orang lain,
Hadis Pertama
Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا زَالَ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ.
“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya”.[1]
Hadits Kedua
Diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaadah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْرَ.
“Barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api” [2].
Hadits Ketiga
Diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َالْـمَسْأَلَةُ كَدٌّ يَكُدُّ بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ، إِلَّا أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ سُلْطَانًا أَوْ فِيْ أَمْرٍ لَا بُدَّ مِنْهُ.
“Minta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya dengannya, kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal atau perkara yang sangat perlu” [3]
Bolehnya kita meminta kepada penguasa, jika kita dalam kefakiran. Penguasa adalah orang yang memegang baitul maal harta kaum Muslimin. Seseorang yang mengalami kesulitan, boleh meminta kepada penguasa karena penguasalah yang bertanggung jawab atas semuanya.
Namun, tidak boleh sering meminta kepada penguasa. Hal ini berdasarkan hadits Hakiim bin Hizaam Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau memberiku. Kemudian aku minta lagi, dan Rasulullah memberiku. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا حَكِيْمُ، إِنَّ هَذَا الْـمَـالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُوْرِكَ لَهُ فِيْه ِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيْهِ ، وَكَانَ كَالَّذِيْ يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ. الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى.
“Wahai Hakiim! Sesungguhnya harta itu indah dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan berlapang hati, maka akan diberikan berkah padanya. Barang siapa mengambilnya dengan kerakusan (mengharap-harap harta), maka Allah tidak memberikan berkah kepadanya, dan perumpamaannya (orang yang meminta dengan mengharap-harap) bagaikan orang yang makan, tetapi ia tidak kenyang (karena tidak ada berkah padanya). Tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
✔ Berkata Benar
وَأَمَرَنِي أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا ،
(5) baginda menyuruh aku untuk berkata yang benar walau ia pahit,
Al-Ahzab Ayat 70
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar
• Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ
Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
✔ Jangan Takut Kpd Pencela
وَأَمَرَنِي أَنْ لاَ أَخَافَ فِي اللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ ،
(6) baginda menyuruh aku untuk untuk tidak takut dicela oleh pencela ketika aku di jalan Allah,
Allah subhanahu wa ta’ala telah melarang kita untuk takut kepada setan tersebut, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,
إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ١٧٥
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain adalah setan dengan kawan-kawannya yang menakut-nakuti kamu, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar beriman.”(Ali ‘Imran: 175)
Al-Ma'idah Ayat 54
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
✔ Mengulangi Sebutan Hauqalah
وَأَمَرَنِي أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ : لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ ، فَإِنَّهُنَّ مِنْ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ.
(7) baginda menyuruh aku untuk membanyakkan menyebut: Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah. Sesungguhnya kalimat tersebut merupakan harta karun yang ada di bawah arsy.
Dalam sebuah hadis menyebut daripada Abu Zar, beliau berkata: “Aku berjalan di belakang Rasulullah SAW, lalu Baginda berkata kepadaku: “Wahai Abu Zar, mahukah aku tunjukkan kepada kamu satu perbendaharaan daripada beberapa perbendaharaan syurga? Aku berkata: Mahu ya Rasulullah. Baginda bersabda: “La Haula wala Quwwata illa billah.”
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِالْجَنَّةِ أَوْ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ هِيَ كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَإِلَّا بِاللَّهِ
"Wahai Abdullah bin Qais (nama Abu Musa), ucapkan Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah. Sesungguhnya itu adalah salah satu kekayaan yang tersimpan di surga." Atau beliau mengatakan: "Tidakkah kamu mau aku tunjuki salah satu harta simpanan di surga? Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Daripada Ibnu Mas’ud beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Wahai Muaz, adakah kamu tahu tafsir (maksud) La haula wala quwwata illa billah? Muaz menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah SAW bersabda: La haula (tiada daya) dari menghindari maksiat kepada Allah melainkan dengan kekuatan Allah, wala quwwata (tiada kekuatan) atas mentaati Allah melainkan dengan pertolongan Allah SWT. Kemudian Rasulullah SAW menepuk bahu Muaz dan Baginda bersabda: “Demikianlah yang diberitahu oleh kekasihku Jibril daripada Tuhan.”
[Musnad Ahmad, hadis no:21453 . Shaikh Syu’aib al-Arnouth berkata: Hadis sahih lighairihi. Sanadnya hasan disebabkan perawi bernama Salam Abu al-Munzir]
Halaman
▼
Ahad, Disember 31, 2017
Rabu, Disember 27, 2017
Qabil - Orang ke 5 Dijamin Masuk Neraka
Habil dan Qabil adalah putra Nabi Adam as. Kedua
putra ini diperintahkan oleh Adam as. (lewat wahyu Allah) untuk mengadakan
kurban dari hasil pertaniannya atau peternakannya. Dari hasil persembahan
kurbannya itu, Habil diterima kurbannya sedangkan Qabil ditolaknya(tidak diterima
kurbannya). Sebab Qabil sewaktu mempersembahkan kurbannya dipilihkan dari
barang-barang yang terjelek sedangkan Habil diambilkan dari barang-barang yang
baik (Barang-barang pilihan).
Sejak itu Qabil menaruh dendam kepada Habil untuk
dibunuhnya. Niat dendam si Qabil itu terlaksana. Dengan demikian si Qabil telah
menanggung du dosa, yaitu dosa pertama ialah dosa membunuh saudaranya sendiri,
sedangkan dosa kedua adalah dosanya sendiri dihadapan Allah SWT (tidak
mengindahkan perintah Allah, menyalahi larangan Allah SWT). Perbuatan Qabil itu
menyebabkan dirinya menjadi penghuni neraka.
Kisah Pembunuhan Qabil yang pertama kali di muka
bumi ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah (5) ayat 27-32.
Di antara kisah-kisah yang perlu diluruskan
terkait para Nabi dan Rasul serta dakwahnya adalah kisah Qabil dan Habil.
Pasalnya, kisah ini banyak diselewengkan oleh oknum-oknum yang tidak berilmu
atau musuh-musuh Islam yang sengaja mendistorsi ajaran Islam yang mulia. Di
antara yang paling masyhur terkait kisah ini, bahwa Qabil membunuh adiknya,
Habil, hanya karena wanita. Padahal, ada hal lain yang lebih penting dan luput
diceritakan.
Berdasarkan al-Qur’an
Oleh karena itu, jika hendak mengetahui kisah ini
secara detail dan runut, maka kaum Muslimin harus merujuknya kepada sumber yang
senantiasa jernih, telaga yang tak pernah keruh, dan berita yang senantiasa
benar hingga akhir zaman, al-Qur’an al-Karim.
Di antara ayat yang megisahkan Qabil dan Habil
adalah surat al-Maidah [5] ayat 27-31. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
Al-Ma'idah Ayat 27
۞ وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ
مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera
Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti
membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Surat Al-Ma'idah Ayat 28
لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ
يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي
أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
28. "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu
kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru
sekalian alam".
Surat Al-Ma'idah Ayat 29
إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ
بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ
الظَّالِمِينَ
29. "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali
dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi
penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang
zalim".
Surat Al-Ma'idah Ayat 30
فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ
قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ
30. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap
mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang
diantara orang-orang yang merugi
l-Ma'idah Ayat 31
فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا
يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْءَةَ أَخِيهِ ۚ قَالَ يَا
وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَٰذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ
أَخِي ۖ فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ
31. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak
menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana
seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka
aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara
orang-orang yang menyesal.
Surat Al-Ma'idah Ayat 32
مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا
عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ
فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا
فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا
بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ
لَمُسْرِفُونَ
32. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum)
bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi
Menafsirkan rangkaian ayat yang panjang ini, Imam
Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsirnya, “Allah Ta’ala menjelaskan buruknya
akibat kejahatan, kedengkian, dan kezaliman dalam kisah dua orang putra Nabi
Adam ‘Alaihis salam dari keturunannya langsung.”
Terkait nama kedua anak Nabi Adam ‘Alaihis salam
itu, Imam Ibnu Katsir menyatakan, “Jumhur ulama sepakat bahwa nama kedua anak
Nabi Adam itu adalah Qabil dan Habil
Kronologi Kisah yang Beredar
Setiap kali hamil, istri Nabi Adam (Hawa)
melahirkan dua anak kembar (laki-laki dan perempuan). Allah Ta’ala pun
mensyariatkan agar menikahkan putra Nabi Adam dengan putrinya dari pasangan
kembaran yang berbeda (bersilangan).
Qabil dilahirkan bersama dengan kembarannya yang
berparas cantik. Sedangkan Habil dilahirkan bersamaan dengan kembarannya yang
tidak terlalu cantik. Sesuai syariat tersebut, Qabil akan dinikahkan dengan
saudara kembar dari Habil, begitu pun sebaliknya.
Namun, sebab mendapati isteri yang tidak terlalu
cantik, Qabil berkeinginan menikah dengan saudara kembarnya sendiri yang
cantik. Karenanya, Nabi Adam tidak memberi izin kecuali setelah keduanya saling
memberi kurban (persembahan) kepada Allah Ta’ala. Siapa yang kurbannya
diterima, demikian petunjuk dari Nabi Adam, maka wanita itu menjadi miliknya.
Berdasarkan Hadits Nabi
Hadits yang akan kami ringkas dalam tulisan ini
diriwayatkan oleh al-‘Aufi dari ‘Abdullah bin ‘Abbas. Sedangkan yang
meriwayatkannya adalah Imam Ibnu Jarir ath-Thabari sebagaimana dikutip oleh
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya.
Saat itu belum ada orang miskin yang perlu
disedekahi. Maka, dalam mempersembahkan kurban, Allah Ta’ala menerima kurban
hamba-hamba-Nya dengan mengirimkan api untuk membakar apa yang dipersembahkan
untuk-Nya. Kurban sendiri, saat itu, diniatkan untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.
Lalu tersebutlah dua orang hamba yang tengah
duduk-duduk. Kemudian, satu di antara mereka berkata, “Bagaimana kalau kita
mempersembahkan kurban?”
Keduanya pun sepakat. Orang pertama adalah seorang
penggembala, sedangkan yang satunya adalah petani. Si penggembala memberikan
persembahan berupa kambing kibas terbaik (paling gemuk) yang dimilikinya.
Sedangkan si petani memberikan kurban berupa hasil pertaniannya.
“Lalu,” tutur Ibnu Jarir dalam riwayat ini,
“datanglah api di antara kedua persembahan itu. Maka api itu melahap kambing
yang gemuk dan membiarkan hasil tanaman tersebut.”
Melihat ini, si petani pun berkata dengan nada
mengancam, “Apakah kamu berpikir bahwa aku akan membiarkanmu pergi dari tempat
ini sehingga orang-orang mengetahui bahwa kurbanmu diterima dan kurbanku
ditolak?”
“Demi Allah,” lanjutnya berapi-api, “orang-orang
tidak akan melihatku karena engkau lebih baik dari diriku.” Lanjutnya sampaikan
ancaman serius, “Aku akan membunuhmu.”
“Apa salahku?” tanya si penggembala.
“Sesungguhnya,” terangnya berkata, “Allah Ta’ala hanya menerima kurban dari
orang-orang yang bertakwa.”
Penjelasan Imam Ibnu Katsir
Setelah mengetengahkan atsar di atas dalam
Tafsirnya, Imam Ibnu Katsir berkata, “Atsar ini memberikan pengertian bahwa
persembahan kurban itu bukan disebabkan untuk memperebutkan seorang wanita
sebagaimana yang diceritakan oleh sekelompok kaum Muslimin.”
Lanjutnya menjelaskan makna ayat surat al-Maidah
[5] ayat 27, “Redaksi ayat tersebut menunjukkan bahwa ia (Qabil) marah dan
dengki atas diterimanya kurban saudaranya (Habil), sedangkan kurbannya sendiri
ditolak.”
Demikian kisah ini kami ketengahkan sebagai salah
satu upaya memahamkan diri dan kaum Muslimin atas apa yang termaktub dalam
al-Qur’an dan Sunnah yang lurus. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari
berbagai macam jenis kesalahan dalam memahami Islam yang amat mulia ini.
Qarun - Orang Ke 4 Di jamin Masuk Neraka
Qarun adalah nama salah seorang yang telah
dinaskan dalam Al Quran sebagai penghuni neraka karena sikap kesombongannya dan
kebakhilannya.
Qarun adalah nama salah seorang anak paman Nabi
Musa as, yang dikaruniai oleh Allah kekayaan yang melimpah ruah yang tiada
bandingannya. Namun ia tidak mengaku bahwa kekayaan melimpah ruah itu datangnya
dari Allah, akan tetapi kekayaan yang melimpah ruah itu diraihnya berkat usahanya,
kepandaiannya dalam berdagang.
Al-Qur’an menggambarkan bahwa kekayaan Qarun itu
tiada tandingannya, kuncinya gudang-gudang saja tidak seorangpun yang kuat
memikulnya, karena terlalu banyak. Namun malang bagi Qarun, kekayaannnya yang
melimpah ruah itu membuat dirinya sombong, bakhil, kejam serta berbuat zalim
bahkan kufur kepada Allah. Maka dari itulah Qarun termasuk Salah satu orang
yang dinash oleh Allah SWT sebagai Penghuni neraka.
إِنَّ قَارُونَ كَانَ
مِنْ قَوْمِ مُوسٰى فَبَغٰى عَلَيْهِمْ
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS Al-Qashash, 76)
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS Al-Qashash, 76)
Tentang firman Allah di atas,
para ahli tafsir tradisional menyebutkan bahwa Qarun termasuk salah satu kaum
kerabat Nabi Musa as. Adapula yang berpendapat bahwa ia adalah putra saudara
perempuan Nabi Musa as, ada pula yang berpendapat bahwa ia adalah saudara
lelaki Nabi Musa as. Itulah penafsiran sebagian ahli tafsir tradisional.
Kesimpulannya, meskipun Qarun termasuk kerabat dekat Nabi Musa as, tetapi ia
tidak dapat menerima petunjuk Allah dari Nabi Musa as.
Perlu diketahui bahwa
sebenarnya antara Qarun dan Nabi Musa as tidak ada hubungan kekerabatan apapun,
baik menurut Al-Qur’an maupun menurut hadits-hadits Nabi Saw.. Karena itu, kami
wajib mencari penafsiran yang lain sebagai berikut, sesungguhnya Qarun adalah seorang dari Bani Israil. Karena itu, Al-Qur’an menyebutnya,
۞ إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ
“Sesungguhnya
Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS
Al-Qashash, 76)
Maksudnya, Qarun termasuk
kaum Musa as yang menentang ajaran Nabi Musa as. Ia sama dengan Samiri yang
menentang ajaran Nabi Musa as, meskipun Nabi Musa as sangat peduli dengan mereka
untuk mengajak mereka ke jalan Allah, sehingga Nabi Musa as selalu berusaha
keras untuk mengajak keduanya ke jalan Allah. Tetapi, Qarun tidak dapat
menerima ajaran Nabi Musa as, sehingga ia tidak akan memperoleh kebahagiaan
surga di akhirat kelak.
وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ
بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ
Selanjutnya, firman Allah
tersebut menerangkan, “Dan Kami telah menganugerahkan
kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat.” (QS Al-Qashash, 76)
Telah kami terangkan sejak
pertama bahwa kisah-kisah yang disebutkan oleh Al-Qur’an adalah kisah-kisah
yang pernah terjadi, bukan kisah-kisah bohong atau kisah-kisah yang dibuat
secara berlebihan. Karena itu, kita harus mempercayai kisah Qarun seperti yang
disebutkan oleh Al-Qur’an. Maksudnya, Allah memberinya sejumlah kekayaan yang
berlebihan, sehingga kunci-kuncinya sangat berat untuk dipikul oleh sejumlah
orang-orang yang kuat.
Firman Allah di atas
menunjukkan betapa banyaknya jumlah kekayaan harta Qarun, sehingga
kunci-kuncinya harus dipikul oleh sejumlah orang-orang kuat dan mereka merasa
keberatan untuk memikul kunci-kunci kekayaan harta Qarun. Karena itu, Qarun
bersikap sombong dan sewenang-wenang dengan kekayaannya itu terhadap kaumnya.
Karena itu, Allah menyebutkan bahwa sebagian kaumnya berkata kepadanya, seperti
yang disebutkan dalam firman Allah,
إِذْ
قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Artinya,
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga;
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.”
(QS.Al-Qashash,76)
Akan tetapi, Qarun menjawab
nasihat kaumnya dengan kata-kata yang penuh bongkak, seperti yang disebutkan
dalam firman Allah,
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ
Artinya, Qarun berkata, “Sesungguhnya aku hanya
diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (QS Al-Qashash, 78)
Kecongkakan Qarun tidak hanya
dilakukan oleh Qarun sendiri, tetapi sejarah telah mencatat bahwa orang-orang
terdahulu yang diberi kekayaan atau kekuatan, maka mereka selalu bersikap
seperti Qarun, karena mereka mempunyai watak, tabiat dan perilaku seperti Qarun.
Karena itu, kita sebaiknya hanya membicarakan kisah Qarun saja. Adapun
orang-orang yang ingin diberi kekayaan seperti Qarun, mereka berkata seperti
yang disebutkan dalam firman Allah,
يَا
لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Artinya, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti
apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar.” (QS Al-Qashash, 79)
Tetapi, ketika mereka
menyaksikan Qarun mendapat siksa dari Allah, yaitu ia dibenamkan di dalam bumi,
maka kaumnya yang berharap mendapat kekayaan seperti yang diberikan kepada
Qarun, maka mereka berkata seperti yang disebutkan dalam firman Allah,
وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ
وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ
ۖ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۖ وَيْكَأَنَّهُ لَا
يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Artinya, Dan jadilah orang-orang yang kelmarin
mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata, “Aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita
benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung
orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (QS Al-Qashash, 82)
Maksudnya, karena Qarun
selalu bersikap congkak dengan kekayaannya, maka Allah menghukumnya dengan
hukuman yang sangat berat, yaitu ia dibenamkan ke dalam bumi beserta tempat
tinggal dan seluruh kekayaannya, seperti yang disebutkan oleh Al-Qur’an dalam
firman Allah,
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ
يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
Artinya, “Maka Kami benamkanlah Karun beserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang
dapat) membela (dirinya).” (QS Al-Qashash, 81)
Perlu diketahui bahwa Qarun
mempunyai dua kesalahan,
Pertama, ia merasa sombong, karena ia diberi karunia
harta yang berlimpah ruah, sehingga ia menyepelekan semua orang, bahkan ia
menyepelehkan kemuliaan Allah, sehingga di mata Allah ia termasuk orang-orang
yang tidak akan mendapat pahal surga di akhirat. Sebaliknya, karena ia bersikap
sombong dan sewenang-wenang, maka Allah memberinya hukuman yang setimpal dengan
perbuatannya. Ia dibenamkan beserta rumah dan harta kekayaannya ke dalam perut
bumi, meskipun pada waktu sebelumnya ia merasa bahwa ia akan menikmati kekayaannya
sepanjang masa. Karena itu, Allah membenamkannya ke dalam perut bumi sebagai
siksa baginya. Padahal semestinya segala karunia Allah harus disyukuri
sebanyak-banyaknya dan harus dihormati, karena telah menjadi undangundang Allah
di alam semesta ini bahwa siapapun yang merasa rendah kalbu kepada Allah, maka
Allah akan memberinya kedudukan yang tinggi, tetapi siapapun yang merasa
sombong kepada Allah, maka Allah akan memberinya kedudukan yang paling hina.[1]
Kedua, jika orang-orang kaya jumlahnya sangat banyak di
suatu kaum dan semuanya bersikap sombong dan sewenang-wenang seperti yang
dilakukan oleh Qarun, maka di kalangan masyarakat itu akan timbul perpecahan
dan terputusnya kesatuan dan persatuan di antara mereka, karena di antara
mereka ada yang mempunyai kekayaan yang berlimpah ruah, sehingga tidak
memikirkan orangorang lemah yang mati dalam keadaan lapar, seperti yang terjadi
di masa modern, sehingga masyarakat modern terbagi menjadi dua bahagian, yaitu
kelompok kapitalis yang mempunyai harta berlimpah ruah dan kelompok komunis
yang sangat miskin, dan kedua kelompok ini mempunyai perbedaan dalam gaya
hidupnya masingmasing. Karena itu, Allah sengaja menyebutkan kisah Qarun dan
orang-orang yang sepertinya agar dijadikan pelajaran yang baik bagi orang-orang
yang datang setelah mereka.
Demikian pula, perlu
diketahui bahwa Allah sengaja menyebutkan kisah Qarun agar dijadikan pelajaran
yang baik bahwa orang-orang yang memperhatikan kehidupan dan kesenangan
duniawi, maka mereka akan terperosok dalam kesalahan yang besar, karena semua
kekayaan akan punah, sedang Allah akan memberi kekayaan kepada siapapun yang
dikehendaki-Nya dan Allah dapat juga menarik kekayaan dari siapapun yang
dikehendaki-Nya.
Sebagai kesimpulannya, Qarun
telah memiliki kekayaan emas dan perak yang berlimpah ruah. Ia tidak peduli
darimanakah ia mendapatkan kekayaan itu, apakah dari sumber yang halal ataukah
dari sumber yang haram. Pokoknya, ia mempunyai nafsu serakah, sehingga dalam
waktu singkat ia dapat mengumpulkan harta yang berlimpah ruah yang disimpan di
berbagai tempat yang dikunci rapat, sehingga kunci-kunci tempat-tempat kekayaan
Qarun tidak bisa dipikul, kecuali oleh orang-orang yang kuat.
Kisah di atas mengisyaratkan
bahwa sifat Qarun adalah manusia paling serakah dan kikir atau pelit. Ada
kemungkinan juga ia mengumpulkan harta yang berlimpah ruah itu dari menggali
harta yang tersimpan di bawah tanah milik para penguasa sebelumnya atau boleh
juga ia mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan cara praktek riba. Karena
itu, ia dapat menggunakan sejumlah orang-orang kuat untuk membentengi dirinya
dan kekayaannya dari gangguan orang lain yang merasa hasud terhadap dirinya.
Karena itu, Al-Qur’an menyebutkan bahwa ada sebagian kaumnya yang
menasihatinya,
إِذْ
قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Artinya, (Ingatlah) ketika kaumnya berkata
kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS Al-Qashash, 76)
Qarun mudah mendapat harta
yang berlimpah ruah, ia bersikap tamak dan rakus, sehingga ia lupa kepada
orang-orang lemah yang berada di sekitarnya. Pokoknya, segala sikap yang buruk
itu hanya timbul dari kalbu yang kotor, karena ia meyakini bahwa harta kekayaan
di dunia akan menyebabkan ia bahagia dalam hidupnya sepanjang masa. Padahal,
tidak seorangpun yang merasa senang dengan kehidupan dunia, kecuali jika
kalbunya sudah kotor, karena ia lebih mengutamakan kehidupan dunia dan
kesenangannya daripada kehidupan di akhiratnya, salah satunya adalah Qarun.
Selasa, Disember 26, 2017
Sekadar keluhan....
Bila jiwa terasa panggilannya semakin hampir, ku tenung wajah anak-anak dan isteriku, sebak datang menerpa bertalu-talu. Anak-anak yang masih bersekolah memerlukan ayahnya untuk teruskan hidup mereka. Tapi kukira penjagaan Allah lebih sempurna dari penjagaan seorang ayah.
Terkadang terfikir di benak, bagaimana keadaan isteriku yang keseorangan mendidik anak-anak? Mampukah dia mengharunginya seorang diri, selama ini walaupun masih kurang sempurna pendidikan anak-anak, tapi sekurang-kurangnya aku masih di sisinya buat penguat jiwa.
Inilah butiran hidup yang dibimbangi oleh setiap manusia. Bimbang sesuatu terjadi kepada keluarganya ketika ketiadaannya. Padahal manusia lupa bahawa kehidupannya di barzakh jauh lebih berat dari kehidupannya di dunia. Jika ingin dibandingkan dengan kehidupan di dunia fana' tiada langsung tandingannya. Seterusnya di sambung pula kehidupan di alam akhirat, alam ini jauh lebih hebat dari alam barzakh lagi.
Memang jika didalami, alam fana ini sang lekeh jika dibandingkan dengan alam barzakh dan alam akhirat. Melepaskan dunia yang lekeh ini adalah untuk melangsungkan perjalanan selanjutnya ke dua alam yang maha hebat.
.... bersambung
Memang jika didalami, alam fana ini sang lekeh jika dibandingkan dengan alam barzakh dan alam akhirat. Melepaskan dunia yang lekeh ini adalah untuk melangsungkan perjalanan selanjutnya ke dua alam yang maha hebat.
.... bersambung
Isnin, Disember 25, 2017
Mutiara Kata Tentang Pendidikan
Data bukanlah informasi, informasi bukanlah pengetahuan, pengetahuan bukanlah pemahaman, dan pemahaman bukanlah kebijaksanaan
Dengan mencari dan Berspekulasi maka kita akan belajar dan mendapatkan hal-hal yang baru
Filosofi dari pendidikan saat ini akan menjadi filosofi pemerintahan dimasa yang akan datang
Hal yang paling baru didunia ini adalah sejarah yang tidak kau ketahui
ilmu adalah pembeda antara orang besar, dengan orang kelas rendahan.
jadikan buku adalah sahabat karibmuKarena ia akan membimbimmnu kearah kebaikan
jika anda merasa berilmu, tapi belum mampu mengubah kualitas hidup anda di berbagai sisiMaka sebenarnya anda masih belum berilmu.
Kebijaksanaan bukanlah dilihat dari usia, tapi dilihat dari pengalaman dan pengetahuannya
Kulit dari pendidikan itu memang pahit, namun buahnya sangatlah manis dan aromanya wangi
mengapa kita harus belajarKarena semua pencapaian awalnya dimulai dari sebuah proses pembelajaran
menjadi pintar itu terasa beratDan menjadi orang bodo, justru lebih beratHal ini dikarenakan beban yang ditimbulkan oleh kebodohan
Pendidikan adalah bagaimanaa kita bertahan ketika kita lupa terhadap apa yang telah kita pelajari
Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, ia adalah hidup itu sendiri
Pendidikan merupakan senjata yang memiliki kekuatan untuk mengubah dunia
Pendidikan tetaplah pendidikanKita harus belajar apapun, kemudian memutuskan mana yang akan kita ikutiKarena pendidikan bukanlah persoalan hitam atau putih, barat atau timur, pendidikan adalah manusia itu sendiri
Pengetahuan akan membawa kita kepada kesempatan untuk membuat perbedaan
Perpustakaan adalah surga bagi para pembaca
saat dunia menjadi kacau balauMaka yang paling diperlukan adalah orang-orang baik yang berilmuDan aktifitas yang termuliah adalah melatih seseoranguntuk menjadi berilmu.
semakin anda membagikan pengetahuan anda, semakin ia bertambahDan jika anda tidak pernah membagikannya, maka bisa jadi ia akan menghilang.
tak ada kata henti dalam menuntut ilmuOrang-orang hebat tidak akan pernah berhenti, jika anda berhenti, maka anda bukan orang hebat.
Ahad, Disember 24, 2017
Guru Yang Berkesan
Makalah 1
Ciri-ciri
Guru Berkesan
Konsep sekolah berkesan yang
diperkenalkan dalam sistem pendidikan adalah bermatlamat untuk membawa
sistem pendidikan ke arah kecemerlangan.
Seiring dengan slogan “Pendidikan Bertaraf dunia” konsep sekolah berkesan menuntut
warga pendidik khususnya untuk mencapai tahap kualiti yang tinggi dalam
pendidikan. Dato' Dr. Abdul Shukor Abdullah(1995) telah menyenaraikan 17 ciri
guru yang berkesan, namun berdasarkan pengalaman 30 tahun sebagai seorang guru,
saya merumuskan 5 ciri utama guru berkesan dalam bilik darjah.
1. Berilmu Pengetahuan
Guru berkesan adalah mereka
yang menguasai pengetahuan dan kemahiran
untuk meningkatkan keberkesanan pengajaran dan pembelajaran. Sentiasa berusaha
menambah ilmu pengetahuan samada melalui pembacaan buku atau media elekronik,
mengikuti kursus, bengkel dan seminar. Pengetahuan berkaitan penggunaan
teknologi ICT dalam pengajaran juga penting kerana ini akan memberi dampak yang
positif kepada minat pelajar. Membuat penilaian juga memerlukan pengetahuan dan
kemahiran kerana dengan penilaian telus dan sistematik akan membantu guru
memberi nilai tambah dalam pengajarannya.
2. Kreatif
Guru yang kreatif akan
sentiasa mencari idea baru dan menarik dalam kaedah dan teknik pengajarannya
serta menghasilkan Bahan Bantu Mengajar yang berkesan. Selain itu, sentiasa
menyesuaikan bentuk pengajarannya dengan pelajar yang berbeza minat dan tahap
kebolehan. Dengan ini, pelajar berasa
seronok, bertambah minat, faham, menghayati bahan yang diajar, meningkatkan
kemahiran dan aspek kognitif pelajar serta dapat melakukan aktiviti yang
berkaitan dengan pembelajaran yang telah dijalani.
3. Komunikasi Berkesan
Kemahiran berkomunikasi
adalah kebolehan menyampaikan isi pelajaran dengan jelas dan menarik agar mudah
difahami pelajar. Selain itu cara guru berkomunikasi dengan pelajar hendaklah
menggunakan stail komunikasi menyokong yakni dengan menjadi pendengar yang
baik, memahami , menghargai dan tidak melukakan perasaan pelajar. Sikap guru
yang pandai menjaga hati pelajar mereka seperti kerap menegur sapa, berbual-bual,
dan mudah dibawa berbincang akan memberi keyakinan pada pelajar untuk bertanya
dan mengemukakan masalah yang dihadapi, dengan ini pengajaran akan lebih
berkesan. Interaksi dua hala yang wujud akibat berkomunikasi yang baik ilihat
sebagai satu medium yang penting kea rah pembelajaran berkesan .
4. Dedikasi
Guru yang dedikasi sentiasa
ikhlas dan sabar ketika mengajar terutamanya kepada murid-murid yang lemah
tanpa mengabaikan pelajar yang cerdas. Seorang yang berdedikasi tidak kedekut ilmu, tidak terlalu serius dan
boleh menyelitkan unsur-unsur humor dalam pengajarannya. Guru yang dedikasi
juga adalah guru yang tidak kedekut dan berkira dalam pekerjaannya misalnya
membeli dan menyediakan BBM, mengadakan hiasan kelas seperti bunga, alas meja
dan langsir, menyediakan suasana pembelajaran yg sesuai, menarik dan selesa
dalam bilik darjah. Kelas yang kondusif akan menyeronokkan pelajar. Keadaan itu
akan memudahkan guru melaksanakan pengajaran .
5. Kasih sayang
Perbuatan, tuturkata dan
tingkahlaku guru yang menggambarkan sifat kasih sayang dapat membantu guru melaksanakan tugas dengan gembira dan berkesan. Guru yang tidak pilih
kasih, prihatin terhadap anak-anak muridnya sebagai seseorang manusia, dan
turut mengambil berat tentang masa depan mereka akan memberikan kesan yang
mendalam di jiwa pelajar. Pelajar yang terasa di sayangi akan dapat menumpuhkan
perhatian dalam pembelajarannya. Kasih saying juga penting bagi perkembangan
sahsiah dan emosi pelajar.
Salah satu strategi untuk
melahirkan guru yang berkualiti ialah dengan meningkatkan keberkesanan proses
pembelajaran. Bilik darjah adalah medan perjuangan utama kepada kerjaya seorang
guru. Di bilik inilah mereka menunjukkan kebolehan dan keupayaan melaksanakan
tugas pengajaran dan pembelajaran. Oleh itu, adalah penting seorang guru
mengurus bilik darjahnya dengan baik bagi membolehkan pelajar mengikuti
pengajaran guru dengan mudah dan berkesan. Guru yang berkesan adalah adalah
tonggak kecemerlangan sistem pendidikan
sebagaimana hasrat Falsafah
pendidikan Kebangsaan selaras
kehendak masyarakat dan Negara.
📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚
Makalah Ke 2
Menjadi
guru yang berkesan
Pelajar menengah mungkin
inginkan guru yang `handsome', `cun', kemas, pandai mengajar, tidak kedekut
markah, tidak cerewet...
Ibu bapa pula mungkin
mengharapkan guru yang penyayang, pandai mengajar, banyak ilmu, pandai bergaul
dengan ahli masyarakat, berakhlak mulia, rajin ke surau, rajin ke masjid...
Sebenarnya, guru bukan
seorang tetapi bermacam-macam orang. Pastinya bermacam-macam ragam!
Pengajaran pula bermaksud
memberi arahan, memberitahu atau menjelaskan.
Dengan perkataan lain, guru
dan pengajaran merupakan bidang kerjaya yang penting tetapi penuh cabaran.
Pengajaran memerlukan banyak
usaha. Namun, ia mungkin memudaratkan guru dan pengajarannya apabila
dilaksanakan dengan cara yang salah.
Seorang yang bekerja sebagai
guru pastinya menerima banyak anugerah mental dan spiritual lantaran `mulia'nya
tugas sebagai guru.
Walau bagaimanapun, tugas
untuk mencungkil dan membina bakat seseorang menerusi pengajaran ini bukan
mudah.
Di Malaysia, guru dikehendaki
bertugas menurut ukuran (standard) yang ditentukan oleh Kementerian Pendidikan,
walaupun ukuran yang terbaik ialah ukuran yang digembleng sendiri.
Menurut ukuran yang ideal,
seorang guru adalah contoh kepada anak didik. Namun guru tidak terhindar
daripada melakukan kesilapan lantaran guru adalah manusia biasa!
Guru perlu bersikap objektif,
iaitu lurus dan tepat. Walau bagaimanapun, hubungan guru dengan anak didik yang
`terlalu rapat' akan menyulitkan sikap objektif itu.
Ada kemungkinan si anak didik
akan `memijak kepala' guru berkenaan.
Pengajaran begitu luas
cakupannya dan sangat berkait rapat dengan orang. Ia kerap berubah dan
penyelesaian terakhir mustahil dapat ditemui.
Aspek-aspek penting dalam
situasi pengajaran-pembelajaran, dihasilkan oleh sebab-sebab terdekat dalam
proses berkenaan.
Dengan yang demikian, kita
mungkin tidak mengetahui apa yang akan terjadi dan bagaimana mengawalnya.
Namun, pengajaran masih mempunyai erti, tujuan dan reka bentuk.
Pengajaran, sebagaimana yang
kita maklumi, merupakan suatu cara membimbing anak-anak didik untuk memperoleh
sejumlah pengalaman bermutu dalam usaha mengembangkan bakat dan kebolehan
mereka sebagai insan yang kamil.
Guru perlu mengetahui banyak
perkara. Dia mesti mengetahui hakikat bahawa dia ada tanggungjawab, iaitu untuk
mengajar subjek kepakarannya. Ini demikian, kerana pengajaran adalah suatu
sains dan seni.
Guru mesti mempunyai
pengetahuan tentang beberapa subjek yang berkait dengan subjek kepakarannya.
Dia mesti mempelajari psikologi manusia, dan memahami susunan sosial tempat
berlakunya proses pendidikan.
Namun demikian, guru yang
mengetahui semua perkara pun tidak terlepas daripada menghadapi masalah di
dalam bilik darjah.
Tanggapan ini ada benarnya
kerana pengajaran dalam persembahan sebenar, merupakan suatu seni yang
mengutamakan perseimbangan antara banyak faktor, iaitu pengetahuan, ketrampilan
dan mutu peribadi.
Anak didik tidak selalunya
belajar daripada pengajaran guru. Ia bergantung kepada beberapa syarat, yang
seandainya dipenuhi, seseorang anak didik dapat belajar dengan sewajarnya.
Antaranya, motivasi dan
kesediaan anak didik untuk belajar, tahap perkembangan emosi dan minda,
hubungannya dengan guru, keupayaan belajar makna perkataan, dan kemahiran guru
mengongsi ilmu dan pengalaman.
Seterusnya, bagaimanakah
seseorang guru menjadikan sesuatu pengajaran yang sukar menjadi mudah?
Pertama
Beri contoh. Kaitkan perkara
yang akan diajar kepada sesuatu yang diketahui anak didik, dan pada masa yang
sama, memberikan mereka pengalaman.
Kedua
Sebutkan perkara yang diajar
dalam bahasa atau istilah yang mudah. Jelaskan masalah yang timbul dalam
jangkaan pengalaman dan kefahaman anak didik.
Ketiga
Bahagikan masalah ke
bahagian-bahagian yang mudah.
Keempat, cantumkan
bahagian-bahagian bermasalah supaya keseluruhannya mudah difaham, dan supaya
seluruh masalah merentasi kesemua bahagian yang bermasalah.
Kelima
Tanya soalan-soalan yang
sesuai supaya perkara yang dipelajari mudah difahami.
Keenam, berikan reaksi
terhadap soalan yang menyatakan minat dan tumpuan anak didik. Pengajaran
mungkin lebih berkesan sekiranya ia dilakukan sebagai hasil daripada soalan-soalan
anak didik.
Ketujuh
Dengari anak didik menyatakan
kesukarannya dalam pembelajaran, sama ada kepada guru atau kepada dirinya
sendiri.
Kelapan,
Timbulkan keyakinan. Ulang
proses yang diajar kepada anak didik sehingga meyakinkannya.
Kesembilan,
Erikan pelbagai pendapat.
Lihat perkara yang akan diajar daripada pelbagai sudut, dan lihat masalah
daripada pelbagai kemungkinan.
Kesepuluh,
Sediakan pelbagai pengalaman
atau pembelajaran yang berkait dengan perkara yang dipelajari.
Kesebelas,
Tukar kaedah penjelasan
bersesuaian dengan keupayaan dan tahap perkembangan pembelajaran anak didik dan
kaitkan pembelajaran baharu kepada perkara yang telah diketahui.
Kedua
belas,
Timbulkan suasana
pembelajaran yang bererti, kondusif dan menyeronokkan menerusi pengajaran yang
hidup, riang dan memberansangkan.
Sebagai kesimpulan, dalam
proses pengajaran dan pembelajaran, seorang guru adalah segala-galanya.
Guru bukan seorang guru
semata-mata tetapi dia juga laksana seorang pemandu, kaunselor, pencipta,
pemberi teladan, pekerja rutin, pendakwah, pemantau dan penerima kenyataan.
Guru juga laksana pencetus
wawasan, pendengar, penasihat, penilai, pelakon, penghibur, dan malah 1001
macam watak yang sentiasa berubah demi keberkesanan pengajaran dan pembelajaran
anak-anak didik